ENDE, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo tampil memukau dengan mengenakan pakaian adat Ragi Lambu Luka Lesu saat memimpin upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Lapangan Pancasila, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu (1/6/2022).
Busana adat itu merupakan simbol kekuasaan karena tidak semua orang bisa mengenakannya.
"Yang pakai itu sesungguhnya hanya mosalaki atau kepala adat yang punya kekuasaan di wilayah atau ulu eko tertentu," ujar Musisi dan Budayawan Ende, Amatus Peta saat dihubungi, Jumat (3/6/2022).
Baca juga: Kain Khas Ende untuk Jokowi dari Nenek Sofia
Amatus berujar, busana adat untuk Jokowi juga merupakan bentuk penghormatan masyarakat Ende yang telah kedatangan seorang pemimpin.
Baca juga: Kenang Kedatangan Presiden, Warga di Kampung Ini Beri Nama Gang Jokowi
Arti dan Makna
Amatus menjelaskan, ragi merupakan pakaian adat untuk pria di Suku Lio, Ende. Secara harfiah, ragi artinya sarung.
Ragi terbuat dari tenun ikat yang dibuat oleh perempuan Lio dan bercorak serta didominasi warna gelap atau hitam dengan garis-garis vertikal.
Dalam kebudayaan orang Lio, ragi yang dikenakan oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukan orang tersebut.
"Ada dua jenis ragi. Ada yang disebut Ragi Sura, sarung dengan motif garis-garis vertikal dan Ragi Sura Rembe atau Mbao yakni sarung dengan motif garis-garis horizontal," jelasnya.
Ukuran ragi juga berbeda. Ragi One Loo atau One Pobe ukurannya lebih kecil dan pendek. Sementara Ragi One Ria atau Ragi One Repa ukurannya besar dan panjang dan khusus untuk para pemimpin tertinggi atau penguasa adat atau Mosalaki Pu'u.
Lambu diartikan sebagai baju yang sering digunakan oleh kaum pria. Biasanya berwarna putih polos.