Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gebyuran Bustaman, Tradisi Jelang Ramadhan di Semarang Tak Lekang Zaman

Kompas.com - 29/03/2022, 08:58 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kampung Bustaman di Kecamatan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, memiliki tradisi unik menjelang Ramadhan.

Masyarakat saling melempar air setelah mendengar 5 kali pukulan kentongan dari masjid.

Mereka menamai tradisi ini dengan sebutan gebyuran bustaman.

Dalam sejarahnya, keyakinan tersebut datang dari kebiasaan Kiai Kertoboso Busman yang dulunya sering memandikan cucunya menjelang Ramadhan.

Baca juga: Minyak Goreng Curah di Semarang Masih Jadi Barang Langka, Pembeli Harus Bawa KTP

 

Lantas, hal itu dipercaya warga setempat sebagai simbol untuk menyucikan diri, agar bersih dari dosa-dosa sebelum berpuasa.

Tradisi gebyuran tersebut sudah ada sejak tahun 1743. Sehingga untuk menghormati leluhur Kampung Bustaman, sejak tahun 2013, masyarakat setempat bersama Kolektif Hysteria, sebuah komunitas seni di Kota Semarang, menyelenggarakan kegiatan gebyuran yang masih bertahan hingga sekarang.

Diceritakan oleh Ketua Panitia Gebyuran Bustaman, Aprodita Syams Azizah, gebyuran bustaman memiliki rangkaian acara yang berbeda di setiap tahunnya.

Uniknya, pada tahun 2022 ini dirayakan dengan lebih istimewa.

Sebab, terkuak bahwa ada makam seorang sesepuh kampung di dekat rumah warga, bernama Sayyid Abdullah.

Bahkan, dulunya makam tersebut sudah tercampur dengan ruangan rumah seorang warga.

“Namun, sekarang sudah berbentuk makam, dan seluruh warga Bustaman mengadakan pengajian di sana,” ucap Dita kepada Kompas.com.

Rangkaian kegiatan gebyuran bustaman tahun ini diadakan secara bertahap pada 17, 24, 25, dan 27 Maret 2022, meliputi pembacaan arwah jamak, malam nifsu sya’ban, pengajian makam Sayyid Abdullah, ziarah, ritual gebyuran bustaman, hingga perang air.

Pada puncak kegiatan, juga terdapat kegiatan lain seperti temu mitra pekakota yang mendiskusikan masa depan kampung kota, penampilan musik dari beberapa band Semarang, arak-arakan warga, hingga ritual gebyuran bustaman.

Dalam ritualnya sendiri, dimulai dari penyerahan kendi yang diisi air dari sumur yang kononnya dibuat oleh Kiai Bustam 279 tahun lalu.

Kemudian, kendi tersebut diarak seluruh warga sampai depan masjid.

Sesampainya di masjid, warga kampung berdoa bersama-sama, kemudian kendi disiramkan ke 5 anak, yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan.

Uniknya, 5 anak tersebut sengaja dicoret wajahnya dengan pewarna merah, hijau, dan biru, serta memakai kaos putih.

Pewarna tersebut diibaratkan sebagai dosa-dosa hidup, sedangkan kaos putih sebagai lambang kesucian.

Maka untuk menyucikan diri, 5 anak tersebut disiram air dari kendi tadi.

“Setelah melakukan ritual, baru warga bisa mulai perang air. Tidak ada yang marah-marah jika dilempari air, malah justru ini hal yang paling seru,” ujar Dita.

Anak-anak hingga orang dewasa bersorak sorai saling melempar bungkusan air berwarna-warni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Direktur PT Info Solusi Net Ditahan, 'Mark Up' Harga Langganan Internet Desa di Muba, Kerugian Negara Rp 27 Miliar

Direktur PT Info Solusi Net Ditahan, "Mark Up" Harga Langganan Internet Desa di Muba, Kerugian Negara Rp 27 Miliar

Regional
Mayat yang Ditemukan di Trotoar Simpang Sentul Bogor Diduga Korban Tawuran, Ditemukan Luka Sobek di Punggung

Mayat yang Ditemukan di Trotoar Simpang Sentul Bogor Diduga Korban Tawuran, Ditemukan Luka Sobek di Punggung

Regional
Pergerakan Tanah di Cianjur Meluas, 2 Kampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur Meluas, 2 Kampung Diungsikan

Regional
Cerita Rukijan, Tujuh Tahun Menanti Kabar Anaknya di Depan Pintu Pagar Rumah Mertua...

Cerita Rukijan, Tujuh Tahun Menanti Kabar Anaknya di Depan Pintu Pagar Rumah Mertua...

Regional
Ada Belatung di Nasi Kotak Pesanan, Rumah Makan Padang di Ambon Dipasangi Garis Polisi

Ada Belatung di Nasi Kotak Pesanan, Rumah Makan Padang di Ambon Dipasangi Garis Polisi

Regional
Mengenal Festival Rimpu Mantika, Upaya Pelestarian Kekayaan Budaya Bima

Mengenal Festival Rimpu Mantika, Upaya Pelestarian Kekayaan Budaya Bima

Regional
Terekam CCTV, Begini Detik-detik Penembakan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto

Terekam CCTV, Begini Detik-detik Penembakan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto

Regional
Longsor Terjang Lebong Bengkulu, Jalur Lintas Putus, Satu Mobil Masuk Jurang

Longsor Terjang Lebong Bengkulu, Jalur Lintas Putus, Satu Mobil Masuk Jurang

Regional
Dikira Ikan, Pemancing di Kalsel Malah Temukan Mayat yang Tersangkut Mata Kail

Dikira Ikan, Pemancing di Kalsel Malah Temukan Mayat yang Tersangkut Mata Kail

Regional
Geger Penemuan Mayat Pria di Bogor, Tergeletak di Trotoar Dekat Simpang Sentul

Geger Penemuan Mayat Pria di Bogor, Tergeletak di Trotoar Dekat Simpang Sentul

Regional
Kronologi Penembakan di Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Diduga Tolak Bayar Parkir

Kronologi Penembakan di Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Diduga Tolak Bayar Parkir

Regional
Perkosa Siswi SMP, Pria 19 Tahun di Buru Selatan Ditangkap

Perkosa Siswi SMP, Pria 19 Tahun di Buru Selatan Ditangkap

Regional
Kepala Bayi Terpisah Saat Persalinan, Polresta Banjarmasin Bentuk Tim Penyelidikan

Kepala Bayi Terpisah Saat Persalinan, Polresta Banjarmasin Bentuk Tim Penyelidikan

Regional
Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Regional
Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com