Menurut Dita, adanya kegiatan gebyuran menjadikan Kampung Bustaman cukup lestari dalam menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya.
“Kami bisa belajar dari kepedulian dan kepekaan warga Bustaman dalam mengolah potensi budaya kampungnya sendiri. Kalau tidak ada peran warga, Kampung Bustaman tidak menjadi seperti sekarang,” ungkap Dita.
Di samping itu, selain gebyuran, sejak tahun 2013 kampung Bustaman bersama Kolektif Hysteria juga mengadakan kegiatan 'tengok bustaman' yang mewujudkan ekosistem seni dan kreativitas warga.
Kegiatan yang dilaksanakan setiap dua tahun itu dibuat seperti festival dan panggung seni.
Baca juga: Gibran dan Bobby Nasution Temui Ganjar di Semarang, Ada Apa?
“Anak-anak dan warga berpartisipasi penuh membuat kreativitas seperti tari masal, fashion show, menyanyi, dan pertunjukan-pertunjukan lain,” ucap Dita.
Adanya nilai tradisi budaya yang kuat di kampung Bustaman, mengantarkan nama baik kampung yang diusulkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Dengan itu, Dita berharap jika nantinya warga kampung Bustaman akan lebih semangat mengeluarkan inovasi-inovasi kegiatan kebudayaan dengan potensi yang mereka miliki.
“Jadi semuanya berkreasi, menjaga budaya agar tetap lestari,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.