KOMPAS.com -Lasri (53) dan anaknya Nur Kholifah (21) asal Desa Bogorejo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah menjadi buruh migran di Malaysia sejak 2019.
Di rumah majikan, mereka berdua bekerja selama 24 jam dan tak digaji. Mereka berangkat ke Malaysia diantar oleh seorang warga yang bernama Ali asal Rembang.
Tak tahan dengan pekerjaan, ibu dan anak itu berhasil kabur dibantu oleh buruh migran lainnya. Saat ini Lasri dan anaknya ditampung di KBRI sebelum dipulangkan ke Tanah Air.
BBC News Indonesia mendatangi kediaman Lasri dan anaknya di Desa Bogorejo, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (2/2/2022).
Rumahnya berdinding dan beralasan semen, dan di depan pintu tertulis keluarga miskin penerima bantuan.
Wartawan Arif Syaefudin yang melaporkan untuk BBC News Indonesia bertemu dengan suami Lasri, Muzammil.
Baca juga: Penyelundupan 8 TKI Ilegal ke Malaysia lewat Kepri Berhasil Digagalkan
Muzammil yang mengenakan baju putih menunjukkan foto anaknya, dan bercerita proses awal keberangkatan.
"Dulu saya tanya, itu resmi atau tidak. Keluarganya Ali bilang resmi, tahunya sekarang ternyata kan tidak. Soal visa, paspor seperti apa, katanya bersih, ternyata ilegal itu kan," kata Muzammil.
Bahkan Ali, katanya, bercerita kerja di Malaysia enak, terjamin dan gaji besar.
Ia menambahkan, istri dan anaknya berangkat pada 8 November 2019 ke Batam menggunakan jalur laut dan didampingi oleh Ali, padahal dijanjikan naik pesawat.\
"Seingat saya pas berangkat waktu itu sempat dikasih uang Rp 1,5 juta sama Pak Ali lewat istri saya," katanya.
Baca juga: Polisi Tangkap 8 Pelaku Penyelundupan 23 TKI Ilegal Tujuan Malaysia
"Istri saya digaji enam bulan sekali, itu juga berebut, marah-marah, sampai menangis-menangis. Bahkan anak saya dari awal sampai sekarang tidak digaji," keluhnya.
Muzammil berharap agar istri dan anaknya dapat segera pulang ke rumah.
Sementara itu, Nuroshyid, Kepala Desa Bogorejo, Rembang, Jawa Tengah, mengatakan, suami Larsi sempat mengontaknya dan memberitahukan bahwa istri dan anaknya ingin pulang.
"Istrinya, katanya sudah dua tahun kerja, katanya tidak bisa pulang, katanya tidak digaji, mau melarikan diri, dan katanya disuruh ke kedutaan, lapornya seperti itu," kata Nurosyid kepada BBC News Indonesia.
Nurosyid mengatakan tidak mengetahui apakah ibu dan anak itu pergi secara resmi atau tidak karena mereka berangkat ke negara jiran tersebut sebelum ia menjabat sebagai kepala desa.
Baca juga: 15 TKI yang Positif Covid-19 Sepulang dari Malaysia Diisolasi di Pontianak