BANYUMAS, KOMPAS.com - Aktivitas masyarakat Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, di tengah pandemi Covid-19 tetap berjalan seperti biasa.
Tak ada portal yang menutup jalan-jalan desa, bahkan gang kecil sekalipun.
Kondisi tersebut kontras dengan desa-desa lainnya yang menutup akses jalan keluar masuk desa pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.
Koordinator Tim Relawan Aman Covid-19 Karangnangka, Wasis Wardhana mengungkapkan, sejak awal pandemi di desanya tidak pernah memasang portal.
"Kami desa yang dari dulu tidak pernah memasang portal. Kami berpikir ngapain diportal. Kita tidak mungkin menuntut kepatuhan warga dengan menekan banyak hal, yang tadinya dinikmati, sekarang tidak bisa," kata Wasis, Minggu (18/7/2021).
Baca juga: Rekomendasi BNPB Turun, Bea Cukai Serahkan 200 Tabung Oksigen Hibah dari Singapura untuk Solo
Sejak awal pandemi, desa tersebut memilih melakukan mitigasi dan adaptasi warga untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
"Kalau pasang portal warga tidak patuh, warga takut karena mencekam," ujar Wasis.
Maka dari itu, Wasis dan kawan-kawan memilih mengedukasi dan memberi pendampingan terhadap warga. Salah satunya dengan memberdayakan ibu rumah tangga menjadi tenaga kesehatan (nakes) dadakan.
Awalnya mereka hanya memantau kesehatan tetangganya secara berkala, namun belakangan mereka juga turun langsung memantau kesehatan pasien Covid-19 yang isolasi mandiri (Isoman).
"Dengan memantau kesehatan warga, kita bisa memetakan mana kelompok yang sehat. Ini penting untuk mengambil kebijakan relawan desa," ujar Wasis.
Pendekatan tersebut sejauh ini dinilai efektif. Kesadaran warga untuk menerapkan protokol kesehatan dan melaporkan dirinya atau anggota keluarganya yang sedang sakit kepada relawan desa meningkat.
Mobilitas masyarakat, terutama yang baru pulang dari luar kota dipantau langsung oleh ibu-ibu di setiap kelompok dasa wisma (dawis).
Menurut Wasis metode tersebut juga jauh lebih efisien dibandingkan dengan memasang portal.
Dia menggambarkan, untuk satu titik portal membutuhkan biaya pembuatan sekitar Rp 350.000. Padahal di desanya memerlukan paling tidak 16 titik portal.
Belum lagi biaya operasional yang harus dikeluarkan, karena ada petugas yang ditempatkan di setiap titik portal.