JAYAPURA, KOMPAS.com - Aksi perusakan yang dilakukan massa pendukung pasangan calon kepala daerah Yalimo, Erdi Dabi-Jhon Wilil, di Distrik Elelim, pada 28 Juni 2021, menyisakan trauma bagi para korban yang kehilangan harta benda.
Peristiwa tersebut terjadi tiba-tiba setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Erdi Dabi-Jhon Wilil digugurkan dari kepesertaannya dalam Pilkada Yalimo 2020.
Total 34 kantor pemerintahan, 126 rumah kios, empat kendaraan roda empat dan 115 kendaraan roda dua menjadi sasaran amuk massa.
Seperti yang dialami oleh Kardas, seorang warga Yalimo yang rumahnya ikut dibakar massa.
Kardas menceritakan, ia tiba-tiba didatangi massa. Mereka meminta Kardas keluar karena rumah toko (ruko) miliknya itu mau dibakar.
Baca juga: 100 Warga di Satu Desa Positif Covid-19, Satgas: Transmisi Lokal, Sebelumnya Ada Acara Kedukaan
Massa sempat meminta dirinya membawa barang-barang berharga sebelum keluar rumah.
"Mereka datang ke kios saya lalu bilang, 'aduh bapak kayaknya ini kita mau bakar semua, keluar sudah ambil barang-barang berharga', jadi saya bilang kalau begitu bakar sudah baru saya nonton di depan rumah sampai hangus" ujar Kardas yang saat ini mengungsi di Gedung Tongkonan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Selasa (6/7/2021).
Menurut dia, saat itu tidak ada aparat keamanan di lokasi kejadian.
Massa, terang Kardas, tak melakukan kekerasan terhadap warga yang kiosnya dibakar. Kardas bahkan mengenal para pelaku pembakaran.
"Yang bakar kita teman-teman semua," kata Kardas yang berprofesi sebagai pengusaha kayu.
Ia sendiri mengaku trauma dengan insiden itu, sehingga memilih mengungsi ke Wamena.
Namun, Kardas yang telah tinggal dan membuat usaha di Yalimo sejak 2009, berniat kembali ke Elelim saat situasi kondusif.
"Ya mau balik tapi nanti tunggu semua kondusif, tunggu penetapan (bupati dan wakil bupati) dulu," kata dia.