JAYAPURA, KOMPAS.com - Tangisan bayi perempuan menyeruak di pengungsian warga, Markas Koramil Elelim, Kabupaten Yalimo. Bayi mungil ini lahir di tengah api konflik yang membara di Elelim.
Bayi itu lahir dari pasangan Yulius dan Sri Komariah, warga yang mengungsi karena takut menjadi korban amuk massa pada 29 Juni 2021.
Mereka tak pernah menyangka anak ketiganya lahir di tengah pengungsian dan kondisi mencekam.
Sehari setelah kejadian, Sri Komariah mengalami kontraksi pada dini hari.
"Lahir 30 Juni 2021 jam empat subuh, itu dibantu sama dokter yang ada di pengungsian," ujar Yulius yang saat ini sudah berada di Gedung Tongkonan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Selasa (6/7/2021).
Baca juga: Bangsal RSUD Sogaten Diubah Jadi Ruang Isolasi, Wawali Madiun: Rumah Sakit Sudah Penuh...
Yulius dan keluarganya, termasuk dalam 1.025 pengungsi Yalimo yang telah dievakuasi ke Wamena pada Senin (5/7/2021).
Ribuan orang itu dievakuasi setelah Kapolda Papua menemui massa dan meminta jalan dibuka.
Sejak anak ketiganya lahir, Yulius dan Sri Komariah belum memberi nama putri tercintanya.
Momen pemberian nama pun diberikan kepada Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri yang mengunjungi para pengungsi di Gedung Tongkonan Wamena pada Selasa siang.
"Biar mudah saya ingat saya beri nama bayi ini Martha karena ini nama ibu saya," ujar Fakhiri sambil menggendong sang bayi, Selasa.
Tidak sekadar mudah diingat, bagi Fakhiri nama Martha mewakili perempuan kuat yang sanggup melewati cobaan hidup dengan perkasa.
"Anak ini lahir di tengah pengungsian dan dalam situasi tidak kondusif, semoga dengan nama Martha dia bisa tumbuh menjadi wanita yang kuat," kata Fakhiri yang juga memberikan bantuan popok bagi Martha.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.