KOMPAS.com - Setahun lalu, tepatnya pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan bahwa Indonesia terserang pandemi corona.
Semenjak itu, masyarakat di seluruh pelosok bergerak bersama-sama menghadapi pandemi tersebut.
Cerita aksi solidaritas yang menyentuh hati dan menyuntikkan semangat untuk menjaga harapan hidup pun bermunculan.
Salah satunya aksi solidaritas seorang anak bernama Bagus Ananda Pratama (7) di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19: Saat Penimbun Masker Dibekuk, Tujuan Cari Untung Jadi Dihukum
Siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) itu rela menyumbangkan uang hasil tabungannya selama setahun untuk membantu tenaga medis yang menangani virus corona ( Covid-19).
Dirinya merelakan uang tabungannya sebesar Rp 546.500 yang hendak dia gunakan membeli ponsel.
“Untuk bantu dokter dan perawat. Sudah satu tahun saya tabung untuk beli Hp,” kata Tama, begitu ia disapa kepada sejumlah awak media, Jumat (17/4/2020).
Dilansir dari Tribunnews, seorang warga di Cimahi, Jawa Barat, Dwi Fitria Ambarina, menghiasi pagar rumahnya dengan kantong-kantong plastik berisi sayur-sayuran, lengkap dengan bumbu instannya.
Aksinya itu pun menjadi viral di media sosial.
"...Jadi pastikan kita ambil peran dalam wabah ini, jgn sampai ada tetangga kita ada yg kelaparan atau terpaksa mencuri krn tdk punya beras :(
Yuk, coba hias pagar rumah kita masing-masing yuk...
nanti boleh tag saya kalau ada yg ikut menghias pagarnya...
Yuk berlomba-lomba dalam kebaikan yuk yuk yuk.....
Coba deh rasain sensasi bahagianya pas #hiasanpagar kita sudah habis," tulis Dwi di akun Facebooknya, pada Minggu (26/4/2020).
"Untuk bahannya, saya belanja online. Jadi saya tulis mau beli apa aja, nanti dikirim ke rumah belanjaannya," terang Dwi.
Baca juga: Hoaks Setahun Pandemi, Covid-19 Bisa Disembuhkan Air Rebusan Bawang Putih dan Menular lewat Ponsel
Dwi mengaku, semua sayuran yang ia gantungkan di pagar rumahnya selalu habis setiap harinya.
Bahkan, terkadang masih ada warga yang datang mencari sayuran saat stok sayuran yang Dwi sediakan sudah habis.
"Kadang setelah habis, masih ada yang lihat-lihat ke rumah saya, terus bilang 'yah, udah habis', jadi kadang saya bikin lagi paketan dadakan untuk yang kehabisan," sambungnya.
Baca juga: Satu Tahun Pandemi dan Persoalan Pencatatan Data Covid-19 yang Belum Terselesaikan...