Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/10/2020, 09:45 WIB
Khairina

Editor


KOMPAS.com – Empat anak gizi buruk di Desa Balansiku, Sebatik tak pernah mengenal dan mencicipi lauk pauk. Mereka hanya makan nasi dan sayur tanpa lauk apa pun yang menyertainya

R (7), S (5), I (3), dan Sup (1) tinggal di rumah kebun tak terawat dan di bawah asuhan ibu yang mengalami gangguan psikologi atau orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ).

Ibu mereka bernama Rosnaeni (26) tidak mengerti bagaimana mengurus anaknya dan tak memedulikan tingkah polah anak sama sekali.

Dia bahkan pernah satu tahun tidak mandi, suasana rumah berantakan tidak terurus, pakaian bersih dan kotor bertumpuk menjadi satu, serta perabot dan bekas makanan anak-anak terhambur tidak karuan.

"Awalnya ada laporan ke kami di DPPPA pada akhir 2019, ada keluarga yang tidak tahu cara mengurus anak, pampers si anak sampai berulat, sehingga kami fokus untuk itu," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Faridah Aryani, Jumat (23/10/2020).

Baca juga: Kisah 4 Bocah Gizi Buruk dan Kuper, Hidup Terasing dengan Ibu ODGJ dan Ayah Pemarah

Saat ditemukan, anak-anak tersebut sama sekali tidak tahu apa pun. Mereka tak sekali pun pernah diajari apa itu warna, abjad, atau nama-nama benda.

R yang merupakan anak tertua sekalipun tidak tahu apa itu pensil dan bagaimana menggunakannya.

Demikian juga saat petugas dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kaltara dan Puskesmas Balansiku memberi mereka makanan dengan menu sayur asem dan ikan, anak-anak tersebut menyingkirkan jagung dan ikan. Mereka hanya menyuapkan nasi dan sayurnya.

"Kami coba suapkan ikan supaya dia rasa, begitu terasa enak, baru dia makan. Begitu juga jagung, kita suapkan dulu dan akhirnya mereka makan, sampai segitunya, mereka tidak tahu ikan goreng," katanya.

Tidak mengherankan, dengan pola hidup mereka akhirnya didapati anak-anak gizi buruk. Rosnaeni tidak pernah melakukan apa pun selain masak nasi dan merebus sayuran.

Hal ini, kata Faridah, tidak lepas dari penghasilan sang ayah, Herman, dari pekerjaan menombak buah kelapa sawit.

Dia menjadi buruh tombak dengan penghasilan Rp 150.000 per ton. Padahal, dalam sebulan ia hanya menombak buah kelapa sawit dua kali.

Untungnya, pemilik kebun menanggung kebutuhan beras bagi keluarga Herman.
Rosnaeni istri ketujuh dan sering mengalami KDRT

Rosnaeni terpaut usia cukup jauh dengan suaminya Herman (52). Keduanya menikah saat sama-sama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal di Sabah, Malaysia.

Faridah mengatakan, penyebab gangguan psikologi Rosnaeni tengah didalami. Sebab, dari data yang didapat saat berkunjung ke rumah kebun yang berjarak sekitar 3 kilometer dari jalan raya ini, Rosnaeni sering mengalami siksaan fisik dan kekerasan dari Herman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com