GORONTALO, KOMPAS.com – Banjir bandang yang melanda Provinsi Gorontalo memaksa 9.415 orang meninggalkan rumah untuk mencari tempat yang aman.
Para pengungsi ini menempati bangunan pemerintah, sekolah, masjid, dan fasilitas lain.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo, Sumarwoto mengungkapkan, para pengungsi berasal dari Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo, dan Boalemo.
Baca juga: Gorontalo Kembali Diterjang Banjir Bandang Luapan Sungai Bone
Ketiga daerah ini yang sejak kemarin dilanda banjir bandang setelah hujan berkepanjangan selama dua hari.
“Data yang lain belum masuk, petugas kami masih di lapangan,” kata Sumarwoto, Sabtu (4/7/2020).
Para pengungsi saat ini ditampung di gedung Bele li Mbui, Kesdim, kantor Badan Pertanahan Kota Gorontalo, SDN 38 Kota Timur, Kelurahan Padebuolo, Keluarahan Botu, Keluarahan Talumolo, Keluarahan Bugis dan aula kantor wali kota.
“Di Kantor Lurah Padebuolo ada 600 pengungsi, termasuk 30 balita,” ujar Sumarwoto.
Lokasi yang paling banyak pengungsinya adalah di Kelurahan Botu yang menampung 1.000 orang, Keluarahan Bugis 5.225 orang, dan Keluarahan Talumolo terdapat 1.225 orang.
Sumarwoto mengakui pihaknya tidak serta mampu melayani pengungsi yang jumlahnya ribuan.
Baca juga: TNI Pasang Patok di Kantor Wali Kota Magelang, Ini 2 Opsi bagi Pemkot
Dibutuhkan peran serta instansi dan swasta untuk membantu warga yang mengungsi.
Meskipun air sudah menyurut, sejumlah kawasan masih tergenang air akibat kondisi permukaan yang cekung.
Lumpur masih terlihat di dalam rumah-rumah warga yang masih berada di pengungsian.
“Tidak ada air untuk membersihkan rumah, kami perlu air banyak,” kata Zubair, warga Kota Gorontalo.
Butuh selimut
Pengungsi korban banjir bandang membutuhkan air minum, makanan, dan selimut.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.