Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edy Rahmayadi Imbau Warga Tak Berhenti Makan Ikan walau Ada Kasus Bangkai Babi

Kompas.com - 25/11/2019, 14:15 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

MEDAN, KOMPAS.com — Sejak banyaknya bangkai babi yang muncul di beberapa tempat, seperti di Sungai Bedera, Danau Siombak, dan Sungai Bedagai, banyak masyarakat yang enggan mengonsumsi ikan karena khawatir akan berdampak pada dirinya.

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengimbau masyarakat agar tidak berhenti memakan ikan. 

Edy mengatakan, masyarakat silakan beraktivitas seperti biasa. Pihaknya melakukan sebaik mungkin sehingga masyarakat jangan khawatir.

"Kami akan mencegah pencemaran tidak meluas, tapi yakinlah hog cholera tidak menular ke mana-mana selain ke babi," katanya kepada wartawan saat di Taman Makam Pahlawan, Senin (25/11/2019).

Baca juga: Ada Bangkai Babi di Sungai, Warga Aceh Singkil Enggan Konsumsi Ikan

Menurutnya, walaupun bangkai babi dibuang ke sungai, tidak ada masalah pada ikannya. Begitu juga ketika dibuang ke laut, ikan juga tidak bermasalah.

"Kami imbau masyarakat jangan berhenti makan ikan. Ikannya terlalu banyak sehingga sayang (kalau tidak dimakan)," katanya.

Di Pasar UK, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, penjualan ikan air tawar maupun ikan laut mengalami penurunan setelah ditemukan bangkai babi di Sungai Bedera maupun Danau Siombak.

Seorang warga Pasar 4 Barat, Marelan, Lina mengaku masih enggan memakan ikan karena khawatir banyaknya bangkai berdampak pada ikan yang dimakan. 

Baca juga: Diupah Rp 500.000 untuk Buang Bangkai Babi, Sinar Hari Ditangkap Polisi

"Kan bisa saja dia makan bangkai babi itu, lalu kita makan ikannya, nanti sajalah. Belum bisa sekarang," katanya.

Seorang penjual ikan, di pasar tersebut, Yani mengatakan, sudah sejak Oktober penjualan ikannya menurun. Padahal, ikan yang dijualnya tidak berasal dari Belawan, tetapi dari Aceh.

Namun, secara perlahan, sejak seminggu terakhir sudah mulai menunjukkan hal positif. "Sudah ada ada peningkatan yang beli ikan walaupun belum seperti sebelumnya," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Mulkan Harahap mengatakan, data terakhir jumlah babi yang mati mencapai 10.289 ekor di 16 kecamatan. Terjadi penambahan lima kabupaten dari sebelumnya hanya 11 kabupaten.

Dikatakannya, lima kabupaten tersebut meliputi Langkat, Tebingtinggi, Simalungun, Siantar, dan Pakpak Bharat.

Sebelas kabupaten lain yang sudah lebih dulu terdapat serangan hog cholera adalah Dairi, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Karo, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Medan. 

Virus hanya menular pada babi

Kepala Balai Veteriner Medan Agustia mengatakan, selain serangan virus hog cholera atau kolera babi, babi-babi yang mati di Sumut juga terindikasi virus African swine fever (ASF).

Namun, babi yang terserang oleh hog cholera maupun ASF masih bisa dikonsumsi dengan proses masak yang benar. Hog cholera maupun ASF, kata dia, bukanlah zoonosis yang menular pada manusia.

"Hanya menular pada babi," katanya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com