KARAWANG, KOMPAS.com - Suasana berbeda tampak saat puluhan siswa tengah belajar di dalam ruang kelas di di SDN Pisangsambo 1, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (7/11/2019).
Angin sepoi-sepoi menyusup dari ventilasi gedung sekolah yang menggunakan bilik bambu dan berlantai kayu jati.
Gedung peninggalan zaman Belanda itu dibangun pada 1912 di Dusun Tangkil, Desa Kutaampel, tepat di sisi tanggul Sungai Citarum.
Lantaran khawatir banjir, bangunan lalu dipindah ke tengah dusun.
Kemudian, pada 28 Oktober 1928, gedung sekolah yang kala itu bernama Sekolah Rakyat (SR) itu dipindah ke Desa Pisangsambo.
Saat itu, Desa Pisangsambo masuk Kecamatan Batujaya.
"Gedung sekolah dipindah ke sini digotong oleh warga dengan gotong-royong," kata Jaja Arjas Idwar, guru di SDN Pisangsambo 1 kepada Kompas.com.
Jaja menyebutkan, gedung sekolah itu pernah direhab pada 2007.
Dinding kayu gedung itu diganti dengan bilik bambu.
Kemudian, pada 2011, BNI menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan merehab bilik dan atap.
"Itu saja yang direhab. Ada beberapa titik lantai yang kayunya diganti. Sisanya masih asli dari kayu," kata Arjas.
Meski ada tiga ruang dalam kelas itu, hanya satu ruang yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Sementara, dua ruangan lainnya digunakan sebagai mushala dan ruang penyimpanan.
"Karena ruang kelas cukup, jadi hanya digunakan kelas IV," kata dia.
Baca juga: Gubuk Reyot Nenek Luspina di Sekitar Pekuburan Akhirnya Mulai Direhab