YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan mahasiswa dan aktivis menggelar aksi #GejayanMemanggil pada Senin (30/9/2019).
Massa memadati Simpang Tiga Kolombo, Jalan Gejayan, Yogyakarta, untuk berunjuk rasa.
Di sisi utara Simpang Tiga Kolombo, terdengar sayup-sayup suara musik dan suara terompet mirip dengan musik reog.
Terlihat beberapa orang mengenakan kostum yang unik dan berwarna-warni duduk di atas tikar.
Mereka memainkan alat musik terompet reog, kenong, dan jimbe.
Baca juga: Jeruk dan Apel untuk Mahasiswa yang Demo Saat Aksi #GejayanMemanggil
Seorang pria mengenakan topeng babi. Sementara dua orang yang berkerudung plastik sampah berdiri di depan para pemusik.
Mereka menari mengikuti alunan musik yang dimainkan.
Spontan, kehadiran mereka menjadi perhatian massa yang berkumpul.
Keberadaan mereka sekaligus menjadi hiburan di tengah terik matahari yang panas di Jalan Gejayan.
Beberapa orang tampak antusias berdiri mengelilingi untuk menyaksikan pertunjukan seni tersebut.
Sekumpulan seniman ini menjadikan Jalan Gejayan sebagai lokasi pertunjukan seni sehingga membuat aksi damai #GejayanMemanggil2 semakin berwarna.
Satu di antara mereka adalah Maulana, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dia mengatakan, kekerasan bukanlah cara-cara dalam berdemokrasi.
"Kami ingin menunjukan demokrasi itu hanya bisa terlaksana jika semuanya saling menerima dan saling melakukannya dengan cinta," ujar Maulana saat ditemui di Simpang Tiga Kolombo, Senin.
Di tengah aksi #GejayanMemanggil2, kelompok gabungan, baik dari mahasiswa ISI maupun seniman muda Sewon, Bantul, ini sengaja mengusung konsep pertunjukan seni.
Sebab, pertujukan seni juga bisa menjadi sarana menyampaikan aspirasi, sekaligus untuk mendinginkan suasana.