Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Soeko dalam Kenangan Sahabatnya...

Kompas.com - 28/09/2019, 19:01 WIB
Riska Farasonalia,
Jessi Carina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kepergian dokter Soeko Marsetiyo yang meninggal dunia saat terjebak kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua Senin (23/9/2019) lalu telah menyisakan duka mendalam bagi dunia kedokteran Indonesia, tak terkecuali bagi keluarga, kerabat dan sahabat terdekat.

Setelah sempat dilarikan ke rumah sakit setempat untuk menjalani perawatan luka kritis akibat benda tajam dan luka bakar pada Rabu (25/9) malam, dokter Soeko mengembuskan napas terakhir.

Dokter Soeko yang telah mengabdi selama hampir 15 tahun di pedalaman Papua itu dikenang sebagai pribadi yang rendah hati dan tulus memberikan pertolongan kepada orang-orang di sekitarnya.

Tak heran kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi orang terdekat termasuk sahabat karibnya.

Salah satunya adalah Dokter Richard Ricardo Mayor, dokter asal Papua yang merupakan sahabat karib dokter Soeko.

Persahabatan mereka dimulai sejak sama-sama mengenyam bangku kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah.

Baca juga: Cerita di Balik Dokter Soeko Marsetiyo yang Pilih Mengabdi di Papua hingga Sempat Kirim SMS ke Keluarga

"Soeko itu teman saya seangkatan waktu kuliah di Fakultas Kedokteran Undip angkatan tahun 1986. Kami sangat berteman baik. Dia orang yang sangat rendah hati dan suka menolong sesama," ujar Richard saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).

Richard yang kala itu masih tinggal di asrama mahasiswa Irian Jaya Jalan Tegal Wareng II Semarang mengenang kisahnya bersama Soeko semasa kuliah.

Dahulu mereka kerap saling bertemu untuk sekadar berbincang atau berdiskusi tentang suatu hal. Persahabatan tersebut terjalin tanpa memandang perbedaan.

"Saat itu Soeko tinggal di rumah orang tuanya di Jalan Kawi Semarang. Beberapa kali saya diajak main ke rumahnya. Dia juga tidak segan main ke asrama Irian Jaya untuk ngobrol dan diskusi," kata Richard.

Seingatnya, pernah ada suatu kejadian. Suatu hari Soeko datang menemuinya ke asrama mahasiswa Irian Jaya untuk menitipkan barang-barangnya seperti tas, pakaian, dan buku-buku.

"Lalu ia mengajak saya pergi mencari kost-kostan untuk tempat tinggalnya. Waktu itu di daerah Sam Poo Kong di tepi Jalan Kali Garang. Ia sudah tertarik dan ingin tinggal di sana tetapi kebetulan ibu pemilik kost sedang di luar kota, jadinya janjian untuk kembali keesokan harinya," cerita Richard.

Namun, lanjut Richard, pada malam itu tiba-tiba ada musibah banjir bandang di Jalan Kali Garang yang meluluhlantakan banyak bangunan termasuk rumah kost yang siang harinya mereka datangi.

Baca juga: Dimakamkan di Yogya, Dokter Soeko Marsetiyo Cintai Papua Sampai Akhir Hayat

Banjir bandang tersebut merupakan salah satu peristiwa besar yang terjadi di Semarang akibat jebolnya talut Sungai Banjir Kanal Barat pada awal 1990. Tragedi ini memporakporandakan permukiman, pe­kantoran, gedung sekolah, dan menewaskan warga. 

"Cerita ini seringkali menjadi bahan cerita kami berdua setiap kali bertemu. Sejak kuliah dulu, satu kelas ada lebih dari 160 orang. Memang tidak semua akrab tetapi ada orang yang bersahabat dengan tulus. Salah satunya Soeko," kenang Richard.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com