Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Perawatan Korban Orientasi SMA Taruna Indonesia Ditanggung Pemprov

Kompas.com - 17/07/2019, 18:31 WIB
Aji YK Putra,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - WJ (14) salah satu siswa di Sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia yang menjadi korban kekerasan saat kegiatan orientasi, saat ini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Charitas Palembang, Rabu (17/7/2019).

Pantauan Kompas.com, WJ masih belum tampak sadar seusai menjalani operasi, sejak Sabtu kemarin. WJ dioperasi lantaran ususnya terlilit diduga karena mengalami kekerasan.

Terlihat di ruang perawatan rumah sakit, selang oksigen masih menempel dihidung WJ. Nampak Nurwanah sang Ibu korban tak beranjak dari sebelah kanan ranjang menunggui buah hatinya tersebut.

Sejak hari pertama dirawat, Ibu WJ tak pernah meninggalkan putranya di dalam kamar.

WJ disambangi oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo bersama Feby Deru yang merupakan istri Gubernur Sumsel. Nurwanah yang masih terlihat begitu terpukul, sesekali menyampaikan keluh kesahnya soal kondisi WJ.

"Saya sedih melihat kondisi korban, saya rasakan betul begitu terpukulnya orangtua dari WJ ini. Kita doakan agar WJ cepat sembuh dan bisa kembali bersekolah," kata Feby seusai membesuk.

Widodo mengatakan, biaya perawatan WJ sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan hingga sembuh.

"Iya, semuanya Pemprov yang tanggung (biaya perawatan)," kata Widodo usai membesuk.

Baca juga: 4 Fakta Baru Pembina SMA Taruna Aniaya Siswa Saat Orientasi, Pelaku Baru Tamat S1 Psikologi hingga Kompetensi yang Dipertanyakan

Sementara itu, menurut Widodo, mereka juga masih fokus untuk melakukan kroscek kepada pihak sekolah, terkait kejadian orientasi maut yang merenggut nyawa pelajar mereka.

Widodo menyoal tindakan sekolah yang menerapkan pelajaran fisik di luar kapasitas seorang pelajar. Hal itu membuat salah satu siswa, DBJ (14) harus meregang nyawa karena dianiaya oleh pembinanya.

Widodo menyayangkan pihak sekolah yang tak melakukan pengawasan ekstra saat orientasi berlangsung. Menurutnya, masa orientasi atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tak diperkenankan menggunakan kegiatan fisik.

"MPLS ini mengenalkan mereka agar mereka diterima disitu, bukan kegiatan fisik. Ini sudah di luar takaran, semua harus dievaluasi, termasuk ijin sekolah," kata Widodo.

Diberitakan sebelumnya, kegiatan orientasi di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia memakan korban jiwa. DBJ (14) tewas setelah diduga dianiaya oleh pembinanya yakni Obby Frisman Arkataku (24), yang ditetapkan sebagai tersangka.

Baca juga: 6 Fakta Tewasnya Siswa SMA Taruna Palembang, Dianiaya Pembina hingga Kepala Dipukul Bambu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com