KOMPAS.com - AR (51) alias Pak Jenggot terduga teroris asal Bogor masuk dalam jaringan terorisme kelompok Firqoh Abu Hamzah.
Dari hasil penyelidikan, 6 buah bom "high explosive" telah dirakit AR untuk meneror Gedung KPU pada tanggal 22 Mei.
Seperti diketahui, kelompok Firqoh merupakan pecahan dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Tengah.
Selain itu, Densus 88 Anti Teror Mabes Polri juga mengamankan sejumlah terduga teroris di sejumlah daerah di Indonesia. Para terduga teroris tersebut diduga kuat hendak beraksi jelang penetapan hasil Pemilu 2019.
Berikut ini rentetan fakta di balik penangkapan para terduga teroris jelang 22 Mei:
Berdasar hasil pemeriksaan, AR pernah tergabung dalam jaringan terorisme kelompok Firqoh Abu Hamzah yang merupakan pecahan dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Tengah.
Kelompok ini juga masih memiliki hubungan dengan kelompok teroris lainnya seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, JAD Lampung, JAD Bekasi, dan JAD Si Bolga.
Jaringan ini lebih dikenal militan dan berbahaya karena telah melakukan beberapa serangkaian serangan bom di antaranya di Mapolres Surakarta beberapa tahun yang lalu.
"Sasaran mereka tetap sama yaitu Thogut, menyerang Polres Surakarta. Jadi, bom kelompok Firqoh Abu Hamzah ini sudah pernah digunakan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo.
Sejak terlibat, Pak Jenggot sedianya hendak berangkat untuk menyatakan setia kepada Islamic State of Iraq and Syria ( ISIS) di Suriah. Namun, gagal lantaran pernah dideportasi di Turki kemudian dikembalikan ke Indonesia.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Bogor
AR telah merakit sebanyak enam buah bom bahan tree aseton tree perosida (TATP). Keenam bom itu dipersiapkan untuk sasaran targetnya thogut pada saat penetapan hasil Pemilu 2019 tanggal 22 Mei, di depan Kantor KPU, Jakarta.
"Karena kelompoknya menyatakan setia kepada ISIS, jadi ada seruan ISIS internasional memerintahkan kepada siapa saja yang sudah membaiat ke ISIS silahkan melakukan aksinya apalagi di bulan puasa karena ini suatu momentum bagi mereka untuk melakukan jihadnya amaliahnya," kata Dedi.
Selain itu, polisi menyita barang bukti berupa senjata tajam, air softgun, alat-alat kimia, alat penggerus (tumbuk), dan rangkaian detonator serta satu buah panci presto dan puluhan buku jihadis yang turut disita.