Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Tersihir Isu Kiamat

Kompas.com - 30/03/2019, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AWALNYA tersiar kabar, ada lebih dari 50 warga di Ponorogo, Jawa Timur, yang eksodus menuju Malang untuk mempersiapkan diri dari hari kiamat.

Belakangan jumlahnya bertambah. Warga yang ketika ditotal berjumlah ratusan orang melakukan hal sama: menyelamatkan diri menjelang hari kiamat, yang konon akan jatuh pada 2022 atau lebih cepat!

Warga di Ponorogo tidak hanya eksodus, tetapi juga memberikan potensi gejolak sosial. Hampir seluruhnya menjual rumah mereka dengan harga miring.

Ada yang Rp 20 juta, Rp 25 juta, hingga termahal Rp 35 juta. Padahal, harga normalnya masih ratusan juta rupiah.

Fenomena yang sama juga terjadi di Mojokerto, Jombang, dan yang terbanyak lainnya, Jember. Tak hanya rumah, seluruh harta benda mereka juga dijual, bahkan ijazah dan uang tak lagi dibutuhkan. "Tak laku lagi!" kata mereka.

Saya mengunjungi salah satu daerah di Mojokerto. Saat saya tiba di sana, seorang warga menangis tak henti.

Ia mengingat cucu balitanya yang kembar dan kini bersama kedua orangtua balita tersebut, Zainuddin, mengungsi di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Saya melihat pula bahwa rumah milik warga tersebut sudah dijual. Luasnya 100 meter persegi, harga normalnya Rp 150 juta, tetapi dilepas kilat hanya Rp 35 juta.

Keluarga Zainuddin melepaskan seluruh harta bendanya, tak tersisa. Kini mereka semua tinggal di Pondok Pesantren Kasembon di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Apa kata sang pemimpin?

Tak berhenti di sini, saya mencoba menembus perjalanan dari Mojokerto menuju perbatasan Kediri dan Malang, Jawa Timur, persis di kaki Gunung Arjuno.

Saya bertemu dengan pemimpin tertinggi pondok pesantren di sana, Muhammad Romli alias Gus Romli. Kebetulan saat saya tiba, shalat Zuhur hendak dilakukan.

Sebelum shalat berjamaah, saya sempatkan untuk bertanya kepada beberapa dari mereka. Apa yang saya dapatkan? Ternyata mereka tak hanya berasal dari Jawa Timur. Ada yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga kawasan Jabodetabek.

Ada pula yang mengatakan berasal dari sejumlah provinsi di Pulau Sumatera, antara lain Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi.

Tidak semua dari mereka menjual rumah dan harta bendanya. Sebagian memang meninggalkan rumah mereka dan berniat untuk selamanya berada di pondok pesantren ini. Sebagian dari mereka hanya mengontrakkan rumahnya dan melanjutkan hidup dari hasil kontrakan mereka.

Saya tanyakan kepada Gus Romli, apa yang menjadi dasar bahwa kiamat akan segera terjadi?

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com