Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandeng Jepang, Pemkot Semarang Bangun Infrastruktur Ramah Lingkungan

Kompas.com - 09/01/2019, 13:53 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, berkolaborasi dengan Pemerintah Toyama, Jepang, membangun infrastruktur ramah lingkungan.

Selain konversi gas di bidang transportasi, nantinya akan ada proyek-proyek infrastruktur di bidang lingkungan hidup yang ramah lingkungan.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, kerja sama sister city dengan Pemerintah Toyama pertama kali diwujudkan dengan konversi bahan bakar solar ke gas di BRT Trans Semarang. Konversi diluncurkan pada Rabu (9/1/2019) di Patra Semarang.

Dalam program itu, skema pembiayaan juga dibagi rata antara Toyama dan Semarang, yaitu 50:50. Selain itu, nantinya akan ada proyek lain, yaitu pembangkit listrik tenaga hidro dari kerja sama dua pemerintah itu.

"Nanti juga pembangkit listrik yang memanfaatkan debit tinggi di sungai. Di Toyama hal ada itu, dan Semarang potensi debit air yang tinggi akan dicoba dijadikan listrik," ujar Hendrar.

Baca juga: Wali Kota Semarang Anggap Banjir Lumpur Persoalan Serius Akhir Tahun

Hendrar menegaskan, nantinya bahan bakar semua bus Trans Semarang diubah dengan gas agar lebih ramah lingkungan. Tempat pengisian gas juga telah disiapkan, yaitu di Terminl Mangkang, Terminal Kaligawe, Terminal Penggaron dan kantor Dishub.

Kepala Dinas Perhubungan M Khadik menambahkan, pihaknya menyiapkan anggaran Rp 5 miliar untuk program konverter gas untuk 72 bus di tahun 2019. Semua bus BRT seluruhnya pada 2020 akan berganti ke bahan bakar gas.

"(Sebanyak) 72 dari 144 unit sudah gunakan bahan bakar gas. Tujuh puluh dua bus ini ada di koridor I, 5, 6,7 dan khusus bandara," kata Khadik.

Penggunaan bahan bakar gas dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan. Tenaga yang dihasilkan dari gas lebih kuat ketimbang solar.

"Tenaga gas di tanjakan bisa perseneleng 2, tenaga lebih besar. Gas juga lebih hemat 30 persen dibanding bahan bakar solar," ujarnya.

Ramah lingkungan

Sementara itu, Wali Kota Toyama Masashi Moridi menegaskan, konversi bahan bakar bensin ke gas dilakukan dengan pemanfaatan teknologi dari Jepang. Pihaknya menjamin emisi karbon dari kendaraan BRT menjadi lebih ramah lingkungan.

"Konversi solar ke gas pada BRT semarang dilakukan untuk 72 bus. Ini menggunakan teknologi Jepang. Empat puluh persen gas kaca emisi karbon ditekan," ujarnya.

Baca juga: Wali Kota Semarang Target Pembangunan Tanggul Laut Selesai pada 2021

Dijelaskan Masashi, konversi gas di BRT merupakan proyek kolaborasi yang pertama di bidang transportasi di Indonesia. Pihak Jepang berharap, kota lain di Indonesia meniru yang dilakukan Semarang.

"Ini proyek kolaborasi pertama, di bidang transportasi pertama di Indonesia. Semoga berkembang di kota lain di Indonesia," katanya.

"Teknologi ini rendah karbon dan prinsip berkelanjutan," tandas Masashi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com