Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asian Waterbird Census Dorong Warga Jadi Citizen Scientist

Kompas.com - 27/12/2018, 21:40 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Sensus Burung Air Asia (Asian Waterbird Census ) yang dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga Januari 2019 dapat dijadikan momentum untuk mendorong warga menjadi citizen scientist.

Kegiatan ini merupakan bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang melibatkan jaringan kerja masyarakat secara suka rela di seluruh dunia.

Citizen science merupakan keterlibatan masyarakat umum dalam kegiatan penelitian ilmiah, serta secara aktif berkontribusi pada ilmu pengetahuan baik dengan upaya intelektualnya maupun dengan sumber daya yang dimilikinya,” kata Yus Rusila Noor, Head of Programme Wetlands International Indonesia, Kamis  (27/12/2018).

Baca juga: Sensus Burung Air Asia 2019 Digelar Januari

Yus Rusila Noor menambahkan, di banyak negara, pendekatan tersebut telah dikerjakan pada berbagai program penelitian ekologi, salah satunya bidang kajian penelitian burung.

Hadirnya para sukarelawan untuk terlibat dalam penelitian ilmiah di Asian Waterbird Census ini didasari oleh permasalahan luas kawasan dan program pemantauan ini memerlukan waktu yang panjang.

“Sering kali dijumpai banyak lembaga yang menghadapi keterbatasan sumber daya. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan program kerja sama dengan para sukarelawan, termasuk sukarelawan yang terlatih atau citizen scientists, dalam meneliti spesies yang rentan dan program konservasi kawasan,” ujar Yus Rusila Noor.

Yus Rusila Noor menjelaskan, Asian Waterbird Census adalah citizen science yang tertua di Indonesia.

Sejak tahun 1980-an, sukarelawan di wilayah Asia dan Australasia, termasuk Indonesia, telah mengunjungi lokasi-lokasi lahan basah dan melakukan penghitungan burung air dan burung air migran.

Prakarsa citizen science yang bersifat sukarela tersebut berhasil mengumpulkan rangkaian data dan informasi yang sangat masif, tidak kurang dari 2,4 juta catatan selama 23 tahun terakhir dari seluruh dunia.

Selain itu, terkumpul juga informasi mengenai kondisi terkini dan ancaman yang dihadapi oleh lahan basah yang merupakan habitat burung air.

Meskipun Asian Waterbird Census telah lama dilakukan di Indonesia, namun hingga saat ini masih menghadapi beberapa kendala.

Sulitnya akses data dan informasi, ketimpangan data, kurangnya pemutakhiran data, serta permasalahan keterbatasan sumber daya, sering kali mengakibatkan pengambilan kebijakan di bidang konservasi terhambat.

Asian Waterbird Census 2019 yang dilaksanakan Januari nanti masih membutuhkan tenaga sukarelawan sebagai bagian upaya bersama dalam konservasi burung air di Indonesia.

Kompas TV Pusat Penangkaran Satwa Cikananga, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tengah melakukan karantina terhadap 45 ekor burung merak berbagai jenis yang merupakan hasil sitaan tim BKSDA Jawa Barat. Selain itu ada pula 11 ekor buaya yang turut dirawat karena kondisinya mengkhawatirkan. Sebanyak 45 ekor burung merak dan 11 ekor buaya berbagai jenis dikarantina oleh Tim Pusat Penanganan Satwa Cikananga, kecamatan Nyalindung, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Puluhan merak ini dikirim oleh tim penegak hukum Badan Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat yang didapat dari sitaan di sebuah vila di wilayah Bogor dan diduga tak memiliki izin resmi. Selain itu ada pula buaya yang ditangkarkan di penangkaran satwa alur namun karena jumlahnya melebihi kapasitas maka dipindahkan ke tempat ini. Saat pertama dikirim puluhan satwa liar mengalami kondisi memprihatinkan akibat stres dan banyak terdapat luka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com