Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Siswa Solo Ciptakan Robot Pencari Korban Gempa yang Selamat

Kompas.com - 07/11/2018, 12:42 WIB
Labib Zamani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara yang terletak di antara tiga lempengan tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Sehingga Indonesia sering dilanda bencana alam seperti gempa dan gunung meletus.

Misalnya, gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2014. Bencana alam tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu korban meninggal, luka-luka dan hilang. Belum lama Indonesia kembali diguncang gempa dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Suwalesi Tengah (Sulteng).

Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang terjadi pada 28 September 2018 menimbulkan gelombang tsunami. Bencana tersebut telah mengakibatkan bangunan rusak dan memakan ribuan korban jiwa meninggal, luka-luka dan hilang.

Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia inilah yang kemudian melatarbelakangi dua siswa program Boarding School Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta, yakni Amadeo Ahnaf (kelas XI IPA 1) dan Salma Sonia Jneina Sagiri (kelas XI IPA 2) untuk menciptakan robot survivor pencari korban bencana alam yang selamat.

Baca juga: Bermodal Robot Rp 6 Juta, Tim Robotik MTsN Tambakberas Raih Juara di Malaysia

Menurut Salma, robot ini mampu mengidentifikasi posisi korban yang masih hidup di lokasi bencana karena dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi suhu tubuh manusia. Sehingga robot tersebut akan memudahkan tim SAR dan relawan untuk mengevakuasi korban.

Biaya pembuatan robot survivor tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 6 juta. Adapun komponen robot survivor ini meliputi, ultrasonic sensor SRF05, adrafruit AMG88331R thermal camera, compass sensor HMC5883L, IC2560 board with arduino mega 2560, standard servo, rover 5 robot chassis dan 800mAh Li-Po battery 12 V.

Tidak mudah untuk membuat robot survivor. Mereka membutuhkan waktu selama satu bulan untuk dapat menyelesaikan pembuatan robot tersebut. Salma mengaku sempat mengalamu kesulitan ketika merancang gripper (penjapit) komponen robot tersebut.

"Kita harus merancang dan membuat komponennya dengan benar biar gripper-nya tidak longgar saat menjapit flashpit ada tanda korban selamat," ungkap gadis kelahiran Tangerang kepada Kompas.com di MAN 1 Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Rabu (7/11/2018).

Baca juga: 4 Fakta Proses Pencarian Korban Lion Air JT 610, Pakai Robot Penyelam hingga Kerahkan Pasukan Denjaka

Robot survivor ciptaan Salma dan Amadeo tersebut berhasil meraih juata tiga dalam kompetisi robotik tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama pada 3-4 November 2018 di Depok sekaligus meraih predikat "the best original idea".

Guru fisika dan pendamping siswa Prihantoro Eko Sulistyo mengatakan, kompetisi robotik tingkat nasional tersebut merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan Kementerian Agama. Kegiatan ini sudah memasuki tahun keempat. Tetapi pihaknya baru mengikuti kompetisi tersebut baru dua tahun terakhir.

"Tahun sebelumnya 2017 juara satu robot tempat sampah katagori rancang bangun mekanika (discovery robot) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten," jelas Prihantoro.

Menurut Prihantoro, pada kompetisi tahun 2018 tema besar yang ditentukan pihak penyelenggara tentang mitigasi bencana. Kemudian pihaknya membuat gagasan dari kejadian bencana alam yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah dengan menciptakan robot pencari korban selamat.

Baca juga: Tim UGM Raih Dua Gelar Lomba Robot di Korsel, Begini Ceritanya

Dari riset yang dilakukan korban meninggal paling banyak pascabencana. Ketika mereka mencari zona aman, namun karena keterbatasan fisik mereka sehingga dalam bencana itu mereka tertimpa runtuhan bangunan maupun lainnya sehingga mereka tidak bisa kemana-mana.

"Nah, robot ini digunakan untuk mencari korban selamat yang terjebak dalam puing-puing runtuhan bangunan atau lainnya yang tidak bisa didetekai relawan. Mereka bisa terdeteksi dengan robot ini kemudian tim SAR dan relawan bisa segera mengevakuasi korban selamat," terangnya.

Dia menambahkan, untuk mencari korban selamat robot survivor berjalan di sekitar area lokasi bencana menggunakan sensor termal untuk menangkap suhu manusia yang masih hidup antara 30-40 derajat celcius. Kemudian pada saat berjalan sensor robot akan berputar. Ketika menemukan korban yang masih hidup maka sensornya berbunyi.

"Untuk memudahkan tim SAR dan relawan mendeteksi korban masih hidup kita menggunakan cahaya secara visual dijatuhkan melalui gripper (penjapit). Dan cahaya itu diletakkan di dekat korban," beber Prihantoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com