KARAWANG, KOMPAS.com - Sempat naiknya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah, menyebabkan pendapatan perajin tempe di Karawang turun 15 persen.
"Imbas dollar naik menyebabkan harga kedelai impor naik, keuntungan kami turun sekitar 15 persen dari omzet normal," ujar Herman, salah seorang perajin tempe di Sukajadi, Kelurahan Adiarsa Timur, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Senin (10/9/2018).
Herman menjelaskan, saat normal, ia bisa mengolah 3 kuintal kedelai menjadi tempe. Karena harga sedang tidak bersahabat, ia hanya mengolah sekitar 2,5 kuintal kedelai.
"Bisa dihitung sendiri kan penurunan omzetnya, sekitar 15 persen tersebut," tuturnya.
Baca juga: Rupiah Melemah, Ukuran Tahu dan Tempe Pun Terpaksa Dikurangi
Herman menyebut, saat ini ia harus membeli kedelai dengan harga Rp 7.800 hingga Rp 8.000 per kg dari harga semula Rp 7.100 hingga Rp 7.500.
"Di semua wilayah, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur juga sama dan mengalami imbas tingginya nilai dollar. Karena untuk bahan bakunya menggunakan kedelai impor," tambahnya.
Meski demikian, para perajin tempe di Karawang belum berwacana menaikkan harga. Sebab, terdapat patokan harga yang ditetapkan paguyuban perajin tempe. Penaikkan harga tidak bisa dilakukan oleh setiap perajin.
"Harga tetap. Kalau dinaikan, kami khawatir pembeli kabur," bebernya.
Baca juga: Rupiah Melemah, Pengusaha Sebut Bisa Bertahan Saja Sudah Bersyukur
Untuk mengakali mahalnya harga kedelai impor, ia terpaksa mengurangi ukuran tempe yang dibuatnya.
Normalnya, sepotong tempe seharga Rp 4.000 dan Rp 5.000 berukuran 36 centimeterx8 centimeter.
"Ukuran diperkecil. Namun tidak ada patokannya, sesuai perkiraan saja," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.