Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Di Pilpres Ini, Golkar Tidak Mendapat Berkah Apa-apa

Kompas.com - 27/08/2018, 13:09 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, Golkar harus keluar dari zona nyaman agar elektabilitasnya tidak merosot.

Pernyataan itu disampaikan Dedi mengomentari survei yang dilakukan Alvara Research Center yang menempatkan elektabilitas Golkar berada di urutan ketiga setelah Gerindra (urutan kedua) dan PDI-P (urutan pertama).

Suveri Alvaro menunjukkan tren penurunan elektabilitas Golkar sejak Mei 2018 lalu. Saat itu, menurut survei Alvaro, elektabilitas Golkar mencapai 8,9 persen.

Lalu pada Juli 2018 menurun tipis menjadi 8,8 persen. Kemudian survei pada Agustus 2018, elektabilitas partai berlambang pohon beringin ini merosot menjadi 7,8 persen.

Dedi menilai, penurunan elektabilitas Golkar ini karena kader terlena dan berkutat pada isu-isu pilpres yang sebenarnya tidak menguntungkan bagi Golkar.

Baca juga: Survei Alvara: Elektabilitas PDI-P Teratas, Golkar Tersisa 7,8 Persen

Mantan bupati Purwakarta dua periode ini menyebut, saat ini, terutama pada momen pilpres, Golkar masuk pada antrean di jalur PDI-P. Padahal, kata dia, Golkar itu partai besar yang semestinya sejajar dengan PDI-P.

"Ketika Golkar masuk antrean pilpres, kita tidak dapat apa-apa. Jujur saja, di pilpres ini, Golkar tidak mendapat berkah apa-apa," kata Dedi kepada Kompas.com, Senin (27/8/2018).

Hal itu karena tidak kader Golkar yang masuk ke bursa pilpres. Dedi mencontohkan, elektabilitas PDI-P naik karena terdongkrak oleh Jokowi. Hal sama pula dengan elektabilitas Gerindra yang ikut terkerek karena Prabowo yang menjadi capres. Lalu Ma'ruf Amin akan ikut meningkatkan elektoral PPP dan PKB.

"Kita tidak mungkin terus menerus mengandalkan efek elektoral dalam antrean jalur pilpres. Semestinya Golkar mencari solusi dengan merespons tuntutan kegelisahan publik dengan pengalaman yang dimiliki oleh Golkar," tandasnya.

Dedi mengatakan, kepatuhan dan pendiamnya Golkar tidak akan ada manfaatnya kalau pada waktu pemilu ditinggalkan pemilih karena dianggap tidak mewakilinya lagi.

"Kita harus memikirkan dinamika politik pasca-pilpres. Bisa saja kalau pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin menang, posisi Gerindra dua besar kemudian bergabung dengan koalisi pemerintah, ini sangat menyulitkan posisi Golkar," kata Dedi.

Baca juga: Anggap Isu Pilpres Selesai, Dedi Mulyadi Imbau Kader Golkar Fokus Pileg

Namun demikian, lanjut Dedi, bukan berarti kader Golkar tidak mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Menurutnya, sudah jelas kader Golkar harus ikut mendukung dan memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin karena itu sudah digariskan oleh partai dan harus dijalani. Namun Golkar juga harus mencari isu strategis lain yang dapat meningkatkan elektabilitasnya.

"Kita harus cari format lain mengambil jalur-jalur yang disukai pemilih di luar pemilihan presiden. Golkar harus mencari solusi atas persoalan bangsa," tandas Dedi.

Kompas TV Dedi Mulyadi yang diusung oleh Partai Demokrat justru mengapresiasi kinerja Polda Jawa Barat dan Pangdam Siliwangi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com