Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkenalkan, Ini Syahrini dan Rambo, Ular Piton Sepanjang 10 Meter dari Kebumen (1)

Kompas.com - 09/07/2018, 08:55 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KEBUMEN, KOMPAS.com — Baru-baru ini publik dibuat gempar dengan kabar tentang seorang wanita paruh baya bernama Wa Tiba (54) yang tewas dimangsa ular sanca saat berada di kebunnya di Desa Persiapan Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Peristiwa ini lantas menjadi viral di media sosial. Tak sedikit masyarakat yang dibuat paranoid kepada hewan melata tersebut. Pasalnya, ular berukuran 7 meter itu nyatanya mampu menelan bulat-bulat tubuh manusia dewasa hanya dalam sekali serang.

Namun, rasa takut itu tampaknya tidak berlaku bagi Munding Aji (30), pemuda dari RT 002 RW 001 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah.

Baca juga: 4 Cerita Warga Bertemu Langsung Ular Piton di Sulawesi Barat

Faizah (17), seorang warga, berfoto bersama ular piton milik Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, yang mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Faizah (17), seorang warga, berfoto bersama ular piton milik Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, yang mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.
Tanpa rasa gentar, Munding justru memilih hidup berdampingan dan menjalani hari-hari dengan sepuluh ular sanca raksasa peliharaannya.

Munding memang bukan pawang, namun di tangannya, hewan buas tersebut seperti kehilangan insting predatornya.

Ular-ular raksasa yang dia koleksi menjelma menjadi makhluk yang manis dan ramah kepada setiap orang sekalipun dia baru pernah berjumpa.

Dia mengatakan, semua ular peliharaannya masuk dalam spesies sanca batik (Pyton reticulatus).

Baca juga: Suami Peluk Erat Putrinya Usai Pergoki Sang Istri Berselingkuh

Ular sanca endemik Nusantara ini memiliki corak yang indah menyerupai batik, dan dapat tumbuh hingga mencapai panjang belasan meter.

“Sudah 10 tahun terakhir (hidup dengan ular), sekarang yang paling tua ukurannya jauh lebih besar dari ular yang memangsa manusia di Sulawesi,” katanya.

Serupa tabiatnya, ular-ular milik Munding pun memiliki nama yang cantik dan kekinian. Sebut saja Syahrini, Shelly, Jenny, Cindy, Vira, Amel, Rambo, dan Faldi.

“Yang paling tua itu Rambo dan Syahrini, sudah 10 tahun, panjangnya sekitar 9 meter dan diameter perut 60 centimeter, tapi kalau makan (ukuran perut) bisa elastis sampai empat kali lipat,” ujarnya.

Ular-ular miliknya, lanjut Munding, memiliki corak khas. Namun, bedanya, Syahrini memiliki warna lebih cerah dan kekuningan, sedangkan Rambo warnanya agak lebih gelap. Sementara itu, Shely berwarna cerah dengan corak putih.

Baca juga: Viral, Pengemudi Ojek Online Dipaksa Nikahi Penumpang Wanita

Saat ada tamu datang, Syahrini seolah melongok dari balik kaca, mendesis panjang sekali lagi, seolah memberikan salam selamat datang.

Kandang Syahrini merupakan bilik mungil berukuran 1 x 2 meter. Di dalamnya terdapat kolam air dan kaca bening untuk meloloskan cahaya dari luar.

Bersambung: Sempat diprotes keluarga, tetapi kini sudah berdampingan 10 tahun...

 

Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Tiga di antaranya, seperti di foto, bernama Syahrini (di tangan kiri), Rambo (yang terkalung di leher) dan Shely (yang menjalar di tanah).KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Tiga di antaranya, seperti di foto, bernama Syahrini (di tangan kiri), Rambo (yang terkalung di leher) dan Shely (yang menjalar di tanah).

 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com