Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPPTKG Tegaskan Status Merapi Masih Waspada

Kompas.com - 06/06/2018, 14:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menegaskan, status Gunung Merapi hingga saat ini masih waspada.

BPPTKG belum menurunkan status Merapi.

Melalui akun resmi Twitter dan Instagram-nya, @bpptkg, disebutkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi terpantau masih tinggi.

“Sekarang memang landai, tapi embusan masih banyak. Jadi itu sebagai alasan kami tidak menurunkan status,” kata Hanik.

Embusan menjadi indikasi awal adanya aktivitas vulkanik gunung berapi. Saat ini, aktivitas vulkanik didominasi aktivitas pelepasan gas, guguran, dan embusan yang cukup tinggi.

BPPTKG juga menginformasikan kriteria status waspada gunung berapi.

Status waspada dikeluarkan jika terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, tetapi tidak mengancam. Oleh karena itu, masyarakat bisa tetap tenang dan beraktivitas secara normal.

“Letusan freatik bukan merupakan bahaya utama yang mengancam jiwa penduduk, namun bisa menjadi indikasi untuk aktivitas selanjutnya,” kata Hanik.

 

SIARAN PERS 6 JUNI 2018 PUKUL 09.00 WIB . . Pada Rabu, 6 Juni 2018 BPPTKG kembali menggelar siaran pers di hall BPPTKG Jl. Cendana No 15 Yogyakarta. Berbeda dengan siaran pers sebelumnya kali ini siaran pers dilakukan dengan pemaparan kronologi letusan tahun 2006, 2010 dan 2018 ditinjau dari prekursor dan kronologi letusannya. . Letusan tahun 2006 dan 2010 memiliki pola kronologi jelang letusan yang hampir sama, namun intensitas data kegempaan dan deformasi pada letusan tahun 2010 jauh lebih tinggi dari letusan tahun 2006. Disampaikan oleh Kepala BPPTKG bahwa letusan Merapi tahun 2006 dan 2010 mempunyai prekursor yang jelas dari semua parameter data pemantauan, namun letusan tahun 2018 ini tidak memberikan prekursor yang jelas yang didominasi oleh pelepasan gas. . Dijelaskan oleh Hanik Humaida bahwa letusan tahun 2006 menghasilkan material letusan < 10 jt m3 dengan jarak luncur awan panas mencapai 7 km, letusan tahun 2010 menghasilkan material letusan 130 Jt m3 dengan jarak luncur awan panas mencapai 15 Km sedangkan letusan tahun 2018 hanya menghasilkan material letusan < 100 ribu m3 dengan lontaran material jatuhan dalam radius < 3 Km dari puncak. Menurut beliau “Letusan freatik bukan merupakan bahaya utama yang mengancam jiwa penduduk, namun bisa menjadi indikasi untuk aktivitas selanjutnya”. . Aktivitas vulkanik saat ini didominasi oleh aktivitas pelepasan gas yang ditunjukkan oleh kegempaan MP, Guguran dan Hembusan yang cukup tinggi. . . Kesimpulan: Berdasarkan manifestasi pelepasan gas di permukaan yang ditunjukan oleh data pemantauan disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik masih cukup tinggi sehingga tingkat aktivitas masih ditetapkan pada tingkat WASPADA (Level II). . Radius 3 km dari puncak G. Merapi tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk. Penduduk yang berada di Kawasan Rawan Bencana III untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. . . Narasumber Kepala BPPTKG, Dr. Dra. Hanik Humaida, M.Sc NIP 19650523 199103 2 002

A post shared by BPPTKG MERAPI (@bpptkg) on Jun 5, 2018 at 8:45pm PDT

Sejauh ini, radius 3 kilometer dari puncak masih dilarang untuk beraktivitas, dan masyarakat yang berada di daerah Kawasan Rawan Bencana III diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.

BPPTKG juga memaparkan bahwa prekursor saat letusan Merapi tahun 2006 dan 2010 cukup jelas dari semua pemantauan.

Hal ini tidak terjadi dalam pemantauan saat letusan 2018 ini.

“Letusan Merapi 2006 dan 2010 mempunyai precursor yang jelas dari semua data pemantauan. Namun letusan 2018 ini tidak memberikan precursor yang jelas yang didominasi oleh pelepasan gas,” ujar Hanik.

Kompas TV Aktivitas vulkanik Gunung Merapi, Sabtu (2/6) pagi, kembali normal. Sementara itu, kegiatan wisata di gunung merapi yang sempat ditutup kembali dibuka.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com