MAGELANG, KOMPAS.com - Abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi tidak hanya menyelimuti permukiman warga, tetapi juga sebagian kebun atau lahan pertanian di lereng gunung ini.
Para petani mulai menyiram sayur dan buah mereka dengan air bersih untuk menghilangkan abu yang menempel.
Seperti terlihat di kebun stroberi di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018) siang.
"Kalau tidak disiram, tanaman bisa rusak, buahnya kotor bisa cepat busuk," ujar seorang penjaga kebun stroberi, Ardiyanto.
Kebun Ardiyanto terletak sekitar 1 kilometer dari objek wisata Ketep Pass, atau sekitar 8-9 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Ardiyanto mengaku sudah dua kali mencuci tanaman stroberi dari abu Merapi.
"Waktu meletus pertama kali, tanggal 11 Mei 2018, abunya juga sampai sini. Kali ini kena lagi. Ini kali kedua kami mencuci tanaman karena hujan abu," ungkapnya.
Baca juga: BPPTKG: Dua Letusan Merapi Jumat Malam Merupakan Pelepasan Gas
Disebutkan, di kebun ini terdapat sekitar 10.000 kantong pohon stroberi. Kebun ini biasanya dibuka untuk wisatawan yang ingin memetik dan menikmati buah berwarna merah itu secara langsung.
Menurut Ardiyanto, kunjungan wisatawan cenderung menurun sejak Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas dan BPPTKG menetapkan status waspada, terlebih bertepatan dengan bulan Ramadhan.
"Kalau hari biasa, (kunjungan wisatawan) bisa sampai 50-an orang. Tapi sejak Merapi waspada menurun, bahkan kadang tidak ada tamu sama sekali, karena bulan puasa juga," ungkapnya.
Baca juga: Merapi Meletus, 370 Warga Babadan Mengungsi
Seperti diketahui, Hampir sebulan terakhir ini Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas. Letusan demi letusan dengan skala kecil atau freatik telah terdekteksi dari sejumlah Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM). Sejauh ini letusan masih berdampak pada hujan abu di wilayah sekitarnya.