Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Rumah Siti Ropiah yang Tulisannya Viral dan Menyentuh Hati

Kompas.com - 12/04/2018, 14:05 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com — Siti Ropiah, siswi MTs Dzikir Pikir, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, yang tulisan tangannya viral dan menyentuh hati tentang kehidupannya seolah tak putus untuk diulas.

Ia merupakan siswi dari keluarga tidak mampu. Ia bersekolah di sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) yang dibangun atas keprihatinan pemuda desa setempat atas kondisi kemiskinan dan pendidikan.

Meski bergulat dengan kehidupannya yang miskin, ia menjadi juara I di kelasnya. Ia juga tercatat sebagai juara umum catur tingkat Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. 

Kompas.com berkesempatan menyambangi rumah Ropiah di Trans Pelabai, Desa Pelabai, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, beberapa waktu lalu.

(Baca juga: Tulisan Siswi MTs Dzikir Pikir yang Menyentuh Hati dan Viral )

Rumah Siti Ropiah yang ia tempati bersama kedua orangtuanya dan adik perempuannya, Maimah, berada tepat di kaki sebuah bukit, berbatasan dengan hutan lindung.

Jalan tanah kuning dan lengket jika hujan akan menyelimuti sepatu saat menuju rumahnya. Rumahnya berukuran kecil, sekitar 6 meter x 6 meter. Itu sebenarnya rumah transmigrasi, tetapi diperbaiki Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Rumah beralaskan semen dan separuh papan pada bagian dinding itu memiliki dua kamar tidur. Satu dijadikan gudang, satu dapur, dan satu ruang tamu. Dalam satu kamar itulah Siti Ropiah tidur bersama orangtua dan adiknya.

"Satu kamar kami tidur berempat, kamar satunya tidak kami gunakan," ujar Siti Ropiah.

Tak ada kasur dan selimut tebal. Keluarga ini hanya menggunakan kain tipis dan tikar sebagai pengganti kasur selama bertahun-tahun.

(Baca juga: Kisah Memprihatinkan Siswa dan Guru di Pedalaman Bengkulu )

Sekitar tiga hari lalu barulah ada uluran tangan masyarakat memberikan keluarga ini lima kasur.

"Senang ada kasur, bisa tidur enak," ujar Maimah, adik Siti Ropiah.

Halaman pertama tulisan tangan Siti Ropiah yang menyentuh hatiKOMPAS.com/ FIRMANSYAH Halaman pertama tulisan tangan Siti Ropiah yang menyentuh hati
Untuk makan, keluarga ini mengandalkan nasi putih dan ikan asin. Ropiah tak berani berharap lauk istimewa karena kenyang baginya adalah hal yang mahal.

Makan malam dengan keluarga Ropiah sungguh menyenangkan walaupun hanya tersedia nasi putih, telur dadar, dan ikan asin. Tak ada listrik yang menerangi makan malam bersama nan hangat itu.

"Listrik mahal, pasang saja harus bayar Rp 2,4 juta," ujar tetangga Ropiah, Ina.

Usia ayah Ropiah sudah renta, sekitar 70 tahun. Ia memelihara beberapa kambing bersama dengan masyarakat lain. Untuk memberi makan kambing, ia menyabit empat karung rumput setiap hari. Namun, sudah enam bulan kambing tak kunjung hamil. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com