Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei "Kompas": Banyak Kemungkinan yang Bisa Terjadi pada Pilkada Jateng

Kompas.com - 13/03/2018, 09:51 WIB
Erwin Hutapea

Editor

KOMPAS.com - Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang akan menggelar pemilihan gubernur (pilgub). Lebih kurang 3,5 bulan lagi perhelatan akbar itu akan digelar. Banyak hal yang bisa terjadi dan dilakukan oleh masing-masing pasangan calon.

Para pasangan calon yang menjadi peserta masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas mereka, jika mengacu pada dua event berskala lokal dan internasional yang terjadi tahun lalu.

Berkaca dari Pilkada DKI Jakarta dan pemilu presiden Amerika Serikat, pasangan calon yang tadinya hanya memiliki peluang kecil kemudian bisa membalikkan keadaan, hingga akhirnya memperoleh kekuasaan.

Baca juga : Survei Kompas: Pilkada Jateng, Ganjar-Yasin di Atas Angin )

Sebagai contoh, isu agama dan etnis di Jakarta menjadi hal yang menonjol hingga bisa mengalahkan petahana yang sempat unggul elektablitasnya.

Sedangkan di Amerika Serikat, isu sentimen penduduk asli dan pendatang diolah hingga bisa meruntuhkan popularitas calon lain. Isu itu bahkan bisa mengganggu ideologi pluralisme yang dijunjung di negara tersebut.

Kembali ke Pilkada Jateng, para pasangan calon seharusnya bisa melihat potensi yang bisa dikembangkan untuk mengangkat popularitas dan elektabilitas mereka hingga kemenangan pun bisa diraih.

Baca juga: Survei Kompas: Pilkada Jatim, Elektabilitas Khofifah dan Gus Ipul Hanya Selisih 0,5 Persen

FOTO-FOTO: KOMPAS/HERU SRI KUMORO, KOMPAS/WISNU WIDIANTORO | INFOGRAFIK: LUHUR Infografik Survei Litbang Kompas Elektabilitas Pasangan Calon di Pilkada Jawa Tengah

Elektabilitas kandidat

Ada dua pasang kandidat yang bersaing dalam pilkada jawa tengah, yaitu pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin, yang diusung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Demokrat, Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Golkar. 

Pasangan yang satu lagi, yakni Sudirman Said dan Ida Fauziah, mendapat dukungan dari koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Menurut survei Litbang Kompas pada akhir Februari-awal Maret, perbedaan popularitas dan keterpilihan dua pasang calon tersebut terlihat mencolok.

Ketika simulasi pencoblosan dilakukan dalam suatu survei penjajakan, Ganjar-Yasin mendapat 79 persen suara, sedangkan Sudirman-Ida meraih 11,8 persen suara. Adapun 9,2 persen suara belum menentukan pilihan.

Pada kesempatan lain, saat survei dilakukan melalui wawancara, didapat hasil 50,8 persen suara untuk Ganjar-Yasin dan 7,4 persen suara bagi Sudirman-Ida, sedangkan mereka yang belum menentukan pilihan sebanyak 41,8 persen.

Baca juga: Menurut Survei ?Kompas?, Popularitas Khofifah Sedikit Unggul Dibanding Gus Ipul

Lebih dalam lagi, responden yang belum menentukan pilihan pada pertanyaan terbuka kemudian dilakukan survei simulasi, didapat hasil bahwa yang memilih Ganjar-Yasin sebanyak 69,6 persen dan yang memilih Sudirman-Ida 11,6 persen.

Hingga sekitar empat minggu setelah penetapan calon oleh KPU, sepertinya popularitas jadi hal menonjol yang membuat si calon tersebut banyak dipillih.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com