PALU, KOMPAS.com – Kondisi ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) triwulan IV/2017 meningkat dibaning triwulan sebelumnya. Namun pertumbuhan tahunan 2017, menurun 7,14 persen (yoy) dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 9,98 persen (yoy).
Menurut Kepala Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Sulawesi Tengah, Miyono, pertumbuhan ekonomi Sulteng ditentukan oleh sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, kontruksi, dan perdagangan.
“Secara sektoral, kontribusi kelima sektor utama tersebut terhadap total produk domestik regional bruto (PDRB), Sulteng mencapai 75,88 persen. Sementara 12 sektor lainnya memiliki kontribusi 24,12 persen,” kata Miyono, dalam pres release Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, Jumat (23/2/2018).
Miyono mengungkapkan, pabrik pengolahan hasil tambang atau smelter di kawasan indutri di kabupaten Morowali menyebabkan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan, relatif tinggi.
(Baca juga : Langkah Jokowi Setelah Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Target)
Kondisi ini, sambung Miyono, berdampak signifikan pada pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah, di mana triwulan ini mengalami akselerasi hingga 163,15 persen.
Otomatis dengan tingginya pertumbuhan di sektor pengolahan turut menarik sektor pertambangan hingga tumbuh 21,78 persen. Karena bahan baku industri pengolahan dipasok dari sektor pertambangan.
Miyono mengatakan, di samping kuatnya permintaan industri dalam negeri, harga nikel yang meningkat pada Desember 2017 menjadi faktor pendorong lain tingginya pertumbuhan pada sektor pertambangan.
“Tingginya pertumbuhan di kedua sektor tersebut memberikan andil yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di daerah ini, yakni sebesar 5.04 persen,” tutupnya.