Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Gempa Sukabumi dan Banten, Wisata Air Panas Diwak Ditinggal Pengunjung

Kompas.com - 10/02/2018, 14:41 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com — Air di kolam pemandian di obyek wisata air panas di Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang sekarang tidak panas lagi.

Sejumlah pengunjung yang datang mengaku kecewa lantaran tidak bisa berendam di kolam tersebut.

"Hanya di kolam khusus wanita yang masih panas, itupun tidak sepanas yang dulu," kata Mulyadi (58) yang datang bersama istrinya, Sabtu (10/2/2018) siang.

Warga Semarang ini sudah beberapa kali datang ke tempat ini untuk berendam. Ia mengaku dengan berendam di air panas yang mengandung belerang ini, otot-otot yang kaku bisa mengendur dan membuat tubuh lebih rileks.

"Ditambah pemandangan yang asri, bisa melihat sungai dan persawahan, pikiran jadi fresh," jelasnya.

Sumber mata air panas di pemandian ini berada di kolam pertama yang berukuran sekitar 1x2 meter. Khusus di kolam ini steril tidak boleh dimasuki pengunjung.

Dari kolam yang pertama, air panas mengalir ke kolam kedua yang ada di sampingnya. Kolam kedua ini berukuran sekitar 4x1 meter dan memiliki tembok pembatas yang paling tinggi lantaran peruntukannya untuk wanita.

Sedangkan di bawahnya berurutan kolam ketiga dan kolam keempat yang diperuntukkan bagi pengunjung pria. Masing-masing ukurannya sekitar 6x8 meter.

"Tapi sampai di kolam ketiga dan keempat airnya sudah dingin," imbuhnya.

(Baca juga: Gempa Lebak Rusak 156 Rumah di Sukabumi)

Menurut petugas loket, Andi (20), fenomena sumber air panas Diwak menjadi dingin ini diketahui pasca peristiwa gempa bumi yang terjadi baru-baru ini, yakni gempa Sukabumi 15 Desember 2017 dan gempa Banten 23 Januari 2018 lalu.

"Pada waktu gempa yang pertama itu, sumbernya seperti tidak muncul lagi. Kolamnya penuh, tapi lama-kelamaan airnya dingin," kata Andi.

Pengelola dalam hal ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) kemudian menguras sumber tersebut. Harapannya setelah dikuras, sumber mata air tersebut akan kembali muncul dengan debit yang besar seperti semula.

"Benar, setelah dikuras, keluar lagi sumbernya. Tapi setelah kolamnya penuh, hilang lagi sumbernya," ujarnya.

Lantaran kolam sumber air panas tidak bisa terisi penuh, pengelola lantas memasang dua unit pompa untuk mengalirkan air panas dari kolam sumber ke kolam khusus wanita.

"Setelah gempa yang kedua di Banten, air sumbernya tambah sedikit. Lalu di sanyo (pompa) ke kolam sebelahnya," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com