Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca pada CIA dan MIT, BIN Ingin Gandeng ITB

Kompas.com - 01/02/2018, 18:21 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi Budi Gunawan menekankan bahwa lnstitut Teknologi Bandung (ITB) dan BIN perlu berkolaborasi sebagai pilar sistem inovasi nasional, seperti halnya CIA yang berkolaborasi dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Hal ini disampaikan Budi saat menjadi pemateri dalam kuliah umum Studium Generale bertema ‘lntelijen Indonesia: lnstitusi, lntuisi, dan lnovasi’ yang dilaksanakan oleh ITB di Aula Barat ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (31/1/2018).

“Pola intelijen klasik berupa human intelligence semata sudah tidak bisa Iagi menjawab tantangan zaman. Saatnya BIN mulai memasuki era intelijen 3.0, dengan menerapkan technology intelligence. Maka, kerjasama dengan kampus seperti ITB adalah sesuatu yang harus dilakukan, seperti halnya CIA yang bekerjasama dengan MIT dl Amerika Serikat. Kampus papan atas di bidang teknologi adalah tulang punggung lembaga intelijen di berbagai negara maju,” kata Budi, Rabu pagi.

Budi melihat rencana kerjasama BIN dan ITB sangat strategis lantaran ITB adalah institusi yang paling maju dalam bidang teknologi di Indonesia dan memiliki SDM yang mumpuni yang bisa dimanfaatkan oleh BIN.

“Beberapa teknologi yang ada di ITB bisa membantu mengatasi fenomena Cyber War yang berpotensi mengoyak bangsa ini dan menimbulkan konflik vertikal dan horizontal. Selain itu, teknologi drone radar, nuklir, biologi, dan kimia yang dikembangkan di ITB juga sangat berguna untuk keperluan intelijen dan keamanan bangsa ini,” ungkapnya.

Dalam pemaparannya, Budi menyampaikan sejumlah contoh perkembangan teknologi yang sedang ramai dibicarakan di dunia seperti cryptocurrency, financial technology, dark web, bots, dan cyber attack.

Selain itu, Budi juga memaparkan tentang sejumlah konsep dan data terkait dinamika global dan arah perubahan dunia.

Konsep ‘The Six Ds’ (digitized, deceptive, disruptive, demonetized, dan dematerialized), lanjut Budi, menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi menjadi faktor utama dari perubahan tatanan dunia.

“Termasuk di Indonesia, perkembangan teknologi diperkirakan akan menyebabkan anomali transformasi,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com