Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Salipudin, Dua Kakinya Membusuk dan Dikira Sudah Jadi Mayat

Kompas.com - 26/01/2018, 07:26 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com — Calon wakil gubernur Jawa Barat asal Partai Golkar dan Demokrat, Dedi Mulyadi, secara mendadak ditemui dua pemuda berpeci seusai menghadiri acara pengajian warga di Kampung Cikulak, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, Kamis (25/1/2018).

Kedua pemuda itu tiba-tiba berbisik dan membawa Dedi ke sebuah bangunan bekas madrasah tak berlistrik yang ditempati seorang pria bernama Salipudin (27) dengan kondisi sangat memprihatinkan.

Dedi langsung terenyuh saat melihat Salipudin hanya tergolek lemah tanpa baju dan hanya bertutupkan sarung lusuh. Kondisi badannya kurus kering serta kedua kakinya membusuk dan sudah berbau menyengat.

"Pak, ini kami minta tolong ada warga kami yang sudah lima tahun tinggal di sini dan tak bisa apa-apa. Kondisinya memprihatinkan dan kakinya sudah busuk, Pak. Kami minta tolong ke Bapak," pinta Bayu (35), salah seorang pemuda setempat yang sebelumnya menghampiri Dedi.

Dedi pun berbincang dengan Salipudin yang badannya tak bisa bergerak sedikit pun. Salipudin selama ini ditempatkan di atas ranjang yang dibuat dari kayu bekas peti buah. Salipudin pun menjawab pertanyaan Dedi yang memintanya dibawa ke rumah sakit.

"Iya, saya mau, Pak, diobati," jawab Salipudin dengan berbicara pelan dan terbata-bata.

Baca juga: Kisah Anak Korban Banjir Citarum Ini Membuat Dedi Mulyadi Sedih

Dedi pun langsung memerintahkan stafnya untuk segera membawa Salipudin ke rumah sakit. Salipudin, menurut Dedi, perlu diamputasi kakinya karena sudah terlihat hancur akibat membusuk. Selain itu, Dedi pun akan mencari tempat tinggal yang layak untuk Salipudin.

"Kebutuhannya kami akan bantu penuhi. Salipudin akan diobati di rumah sakit dan diberi rumah yang layak. Jangan ditempatkan seperti ini, kasihan. Peristiwa ini yang sangat memprihatinkan sekali selama saya keliling daerah-daerah," katanya.

Dikira mayat

Kepala Dusun Lima Desa Cikulak Yusnaedi mengatakan, Salipudin merupakan warga asli di wilayahnya. Namun, semenjak mengalami kecelakaan sepeda motor bersama saudaranya dan ibunya meninggal di Bekasi, ia tak memiliki lagi sanak saudara dan tempat tinggal di Cirebon. Waktu itu, keluarganya menjual rumah di Cirebon untuk tinggal di Bekasi.

Lima tahun lalu, pria sebatang kara itu pertama kali ditemukan di pinggir kali dengan kondisi lemas dan kakinya terluka parah.

"Dulu, kami temukan di pinggir kali dan dikira mayat seseorang karena kaki dan badannya penuh luka. Badannya pun sudah lemas dan terkubur debu tanah karena saat itu sedang kemarau," ungkap Yusnaedi.

Warga pun langsung membawa Salipudin. Dia diurus tiga tahun oleh warga dan karang taruna secara bergantian.

Warga juga pernah menginformasikan tentang kondisi Salipudin kepada pemerintah setempat melalui puskesmas dan Dinas Sosial Kabupaten Cirebon. Namun, Dinas Sosial menolak urus Salipudin karena masih sakit.

"Kami sudah laporan beberapa kali ke Dinas Sosial Kabupaten Cirebon. Kata Dinas Sosial, tak bisa mengurus Salipudin dalam keadaan sakit. Dinas Sosial baru akan menerima Salipudin untuk diurus kalau sehat. Alasannya begitu, Pak, makanya kami kasihan kepada Salipudin dan mengurusnya seadanya seperti ini," ujar Yusnaedi.

Baca juga: Soal Kedaulatan Pangan, Dedi Mulyadi Bilang Perlu Belajar ke Kampung Baduy

Saat ini, Salipudin dirawat seadanya oleh pemerintah desa karena warga sudah kebingungan mencari biaya untuk mengurusnya. Kondisi Salipudin sekarang hanya bisa berbicara dan mendengar tanpa bisa menggerakan kedua kakinya yang sudah membusuk.

"Sempat dua kali dibawa ke rumah sakit, tetapi enggak sembuh-sembuh. Sekarang kondisinya seperti itu dan hanya bisa berbaring lemas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com