Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Generasi Muda Toleran, Sekolah Kebhinekaan Dibentuk di Yogyakarta

Kompas.com - 29/10/2017, 15:37 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Untuk mempererat tali persaudaraan, tokoh elemen lintas agama dan keyakinan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, membentuk Sekolah Kebhinekaan.

Tahap pertama, sebanyak 46 remaja pelajar dan anak muda utusan dari sejumlah organisasi keagamaan dipusatkan di tempat ibadah umat Hindu, Pura Bhakti Widhi, di Dusun Bendo, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Sabtu (28/10/2017) sampai Minggu (29/10/2017).

Tak hanya pemuda, tokoh lintas agama pun bersatu bergerak untuk mengikuti kegiatan ini. Mereka bekerja sama memupuk tali persaudaraan sesama umat manusia tanpa membedakan latar belakang.

Ada pun peserta di antaranya PC Ansor NU Gunungkidul, Fatayat NU, Majelis Buddayana Indonesia (MBI) Gunungkidul, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gunungkidul, BKS Gunungkidul, Forum Masyarakat Katolik Indonesia dan Gereja Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari, UKDW Yogyakarta, pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama DIY, Klasis GKJ Gunungkidul.

Kepala Sekolah Kebhinekaan Gunungkidul, Christiono Riyadi, mengatakan, kegiatan ini digagas untuk memberikan edukasi kepada generasi muda agar menyadari dan memahami berbagai perbedaan yang ada.

"Kelompok remaja pelajar merupakan generasi yang akan memegang estafet kepemimpinan dan pelestarian keberagaman baik di lingkungan sekolah dan masyarakat untuk itu kami fokus perhatian pada remaja dan pelajar," katanya seperti dikutip dari rilis Sekolah Kebhinekaan, Minggu (29/10/2017).

(Baca juga: Melihat Toleransi Beragama di Kota Syariat Islam...)

Dia mengatakan, sekolah kebhinekaan memberikan pemahaman dan peningkatan keetrampilan kelompok remaja pelajar dalam membangun jejaring lintas agama dan kepercayaan.

"Melalui sekolah kebhinekaan generasi muda tak terjebak arus politik identitas dan melahirkan generasi muda yang toleran di lingkungan sekitarnya," tuturnya.

Untuk memberikan pengetahuan tentang kebhinekaan, remaja pelajar diberikan teori identitas pengelolaan keragaman oleh Pendeta Wahyu Nugraha dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Ada pula materi tentang penguatan nilai pancasila dan konstitusi sebagai basis pengelolaan keberagaman yang disampaikan Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi.

Selain itu, peserta mendapatkan materi dialogis dengan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno menyangkut kebijakan pembangunan daerah Gunungkidul dalam bingkai kebhinekaan.

"Aturan telah memposisikan semua agama, semua suku, semua golongan, semua ras, semua warna kulit berkedudukan setara. Setara baik dalam perlakuan maupun setara di depan hukum," ujarnya.

Bupati Gunungkidul Badingah menyambut baik kegiatan Sekolah Kebhinekaan lintas agama dapat dirintis sejumlah tokoh eleman lintas agama dan keyakinan.

Dalam sambutan yang diwakili Badan Kesbangpol M.Arif, Badingah menegaskan perlunya keterlibatan semua pihak dalam upaya mewujudkan kehidupan toleransi, kerukunan dan merawat kebhinekaan.

Salah seorang aktivis Sekolah Kebhinekaan, FX Endro Tri Guntoro menambahkan, Penyelenggaan Sekolah Kebhinekaan tahap berikutnya akan dilaksanakan 25-26 November 2017 bertempat di pondok pesantren dan tanggal 20-21 Januari 2017 bertempat di Vihara untuk tahap ketiga.

 

 

 

Kompas TV Upaya pelestarian kerukuan warga Mataram yang heterogen digelar di wilayah Ampenan Mataram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com