Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Alangkah Indahnya jika Hidup Rukun..."

Kompas.com - 22/05/2017, 05:51 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Pagelaran seni budaya bertema "Merti Budaya Serasi-NKRI Harga Mati, Kekancan Mukti Tanpa Basa-Basi" berhasil memukai masyarakat yang sejak pagi mengikuti car free day di Alun-alun Bung Karno, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (21/5/2017) siang.

Ada 25 penampil dari kelompok kesenian yang ada di Kabupaten Semarang, salah satunya adalah kesenian Nadrak. Yakni sebuah kesenian asli Kabupaten Semarang yang hampir punah namun baru-baru ini kembali berhasil di hidupkan oleh masyarakat Dusun Gertas, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu.

Kesenian Nadrak memadukan gerak tari dengan syair yang menceritakan petuah dan ajaran Kiai pada para santrinya agar tetap hidup sesuai tuntunan agama.

Tetabuhan ritmis dari alat pukul rebana yang mengiringi para penarinya, seolah menyihir para penonton larut menyelami makna dari petuah yang tersirat. Ditengah bunyi ritmis rebana, tiba-tiba suara saksofon menyelinap masuk ke dalam nadanya.

Suara saksofon ini tak lain dimainkan oleh Romo Aloys Budi Purnomo, seorang rohaniawan Katolik di kota Ungaran.

Kesenian nadrak yang Islami dengan tiupan saksofon seorang Romo, bagaikan harmoni yang menggambarkan betapa toleransi dan kerukunan kehidupan beragama yang terjalin di tengah masyarakat di Kabupaten Semarang ini sangat indah.

"Ini adalah gambaran kekayaan lokal yang sangat harmonis dengan segala keunikan masing-masing, baik yang bersifat kultural, maupun juga kesenian-kesenian yang berbasis agama-agama/ tetapi begitu indah ketika ditampilkan bersama. Jadi alangkah indahnya jika hidup rukun meski berbeda-beda dan juga turut menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Romo Budi, panggilan karib Romo Aloys Budi Purnomo.

Kegiatan bertajuk "Merti Budaya Serasi, NKRI Harga Mati, Kekancan Mukti Tanpa Basa-Basi" tersebut digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah bersama Dewan Kesenian Kabupaten Semarang (DKKS) mengadakan Gelar Seni dan Budaya Daerah.

Tujuannya untuk menyatukan masyarakat Kabupaten Semarang melalui panggung budaya. Melalui panggung budaya ini, para pegiat seni baik yang berbasis religi maupun berbasis kearifan lokal bisa berbagi pengetahuan sehingga memperkaya khasanah seni dan budaya itu sendiri.

Salah seorang seniman rebana, Muhammad Muhibin mengaku sangat mendukung kegiatan ini. Selain sebagai ajang silaturahmi dengan para pegiat seni dari seluruh Kabupaten, kegiatan ini juga menunjukkan bahwa budaya mampu memperat rasa persaudaraan kendati berbeda keyakinan.

"Ini adalah salah satu wujud kegiatan bahwa kita beraneka ragam warna, rasa, kegiatan seninya berbeda, (tapi) kita bisa satu panggung, kita bisa berdekatan, berdampingan, kita bisa berakrab ria. Kita bisa berkeluarga, jadi senang sekali dan kita sangat mendukung walau kita berbeda tetapi tetap bisa bersatu," kata Muhibin.

Sekretaris DKKS Waskito Aji mengatakan, sebagai penyelenggara pihaknya berharap melalui kegiatan ini masyarakat dapat semakin harmonis dan rukun kendati memiliki banyak perbedaan. Pihaknya berharap melului pendekatan budaya ini, masyarakat semakin utuh dan menyatu.

"Mengingatkan kembali tentang Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Pancasila dan UUD 1945. Karena dasarnya semua dari budaya, Pancasila sendiri digali dari budaya. Bhinneka Tunggal Ika, bangsa ini juga beragam-ragam budaya, suku bangsa yang bersatu," kata Aji.

Menurut Aji, gelar Merti Bumi Serasi ini akan digelar secara rutin dengan menggandeng komunitas kesenian yang lebih luas lagi.

"Selain memberikan panggung untuk para seniman. Gelaran ini juga memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat," kata Aji.

Baca juga: Ormas Lintas Agama di Jatim Gelar Apel Kebhinekaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com