Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bali, Ada Komunitas Sopir Spesialis Wisatawan Arab

Kompas.com - 01/03/2017, 05:53 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Tidak banyak yang tahu bahwa ada perkumpulan sopir khusus untuk wisatawan Arab dan Timur Tengah di Pulau Bali. Komunitas tersebut bernama Komunitas Sopir Arab Bali (Kosabi).

Komunitas yang terdiri dari 250-an sopir tersebut melayani wisatawan asal Timur Tengah yang berkunjung ke Pulau Dewata, Bali.

Saat ditemui Kompas.com, Selasa (28/2/2016), Muhammad Syaifudin (37), Ketua Komunitas Sopir Arab Bali menjelaskan, komunitas tersebut dibentuk sejak November 2016 untuk ajang silaturahim dan melatih kemampuan berbahasa Arab yang baik dan benar.

"Selain itu, dalam pertemuan sebulan sekali setiap tanggal 8 selalu ada pembekalan terkait pengetahuan tentang budaya Bali, sejarah Bali, termasuk obyek wisata yang dituju. Termasuk sharing tentang sejarah dan budaya negara asal tamu," jelas Muhammad Syaifudin.

Baca juga: Gubernur Bali: Jelang Raja Arab Saudi Datang, Mari Beri Suasana Sejuk

Wisatawan yang mereka layani ada yang berasal dari Arab Saudi, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Maroko. Rata-rata tempat wisata yang didatangi oleh wisatawan asal Timur Tengah adalah pantai dan perbukitan yang memiliki hawa sejuk.

Menurut Syaifudin, mereka kurang tertarik dengan wisata budaya.

"Ada dua jenis wisatawan, ada yang keluarga, ada rombongan anak-anak muda. Biasanya yang keluarga lebih memilih private beach, tapi yang anak muda memilih pantai yang lebih terbuka, seperti Dreamland. Tapi istimewanya, tidak ada perempuan yang berwisata sendiri. Tidak boleh, harus ada keluarga yang mendampingi," jelasnya.

Mereka rata-rata tinggal di Bali selama 4 hari 3 malam dan menghabiskan uang sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta untuk dua orang. Para wisatawan tersebut mayoritas masuk melalui Jakarta dan sebelumnya mereka berlibur di Puncak, Bogor.

"Penerbangan langsung ke Bali dari Arab hanya dua kali, itu pun transit dari Eropa dan Amerika. Jadi, penumpang yang asli Arab hanya sekitar 10-15 persen. Jadi hampir sebagian besar yang masuk ke Bali lewat Jakarta. Habis liburan di Puncak, mereka kemudian ke Bali," kata lelaki yang memiliki usaha jasa biro perjalanan ini.

Tren kunjungan wisatawan Arab ke Bali, menurut Muhammad Syaifudin, mengalami peningkatan sejak 10 tahun terakhir. Dia berharap, pasca-kedatangan Raja Salman, jumlah tersebut akan terus bertambah.

"Kami yang bergerak di bidang wisata tentu saja berharap agar citra pariwisata di Bali tetap dipertahankan pasca-kedatangan Raja Salman. Jika bisa ditingkatkan lagi itu lebih baik. Dan, kami akan dukung, ya salah satunya ya membentuk komunitas sopir Arab Bali ini," katanya.

Menurut pria asal Blitar tersebut, anggota komunitas sopir untuk wisatawan Arab Bali ini sudah memahami kebiasaan-kebiasaan dari tamu Arab yang datang ke Bali.

Ia mencontohkan, ketika pasangan suami istri naik ke dalam mobi, maka sopir akan membalik kaca di bagian depannya sehingga tidak melihat langsung perempuan yang naik.

"Kita harus menjaga pandangan dengan tamu perempuannya," kata lelaki lulusan pondok pesantren tersebut.

Selain itu, anggota komunitas juga memahami bahasa tubuh dari tamu asal Arab. Misalnya, menguncupkan jari-jarinya ketika berkomunikasi, maka artinya adalah tunggu sebentar. Kalau merasa kecewa, mereka akan membuka kedua tangan di depan dada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com