Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Aida Bersekolah Tenggelam Bersama Kapal Karam

Kompas.com - 05/11/2016, 16:01 WIB

BATAM, KOMPAS.com - Musibah kapal karam yang membawa 101 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Johor, Malaysia, ke Batam pada awal November 2011 turut mengubur mimpi Nurhalida agar dapat membiayai sekolahnya sendiri.

Sekitar setahun yang lalu, Nurhalida (16) yang baru saja lulus sekolah menengah pertama (SMP) bertekad baja hendak ke Malaysia untuk bekerja. Mimpinya hanya satu, yakni mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA).

"Saya ingin sekali masuk SMA. Tapi, orang tua tidak punya dana, makanya saya berusaha mencari sendiri," kata Nurhalida, yang ditemui di penampungan Nilam Suri Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Meski ditentang, perempuan yang akrab disapa Aida itu tetap pada pendiriannya.

Perempuan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu berjanji pada diri sendiri untuk hanya bekerja sebentar di Negeri Jiran sampai dana sekolah terkumpul.

Sejumlah dokumen terpaksa dikaburkan, agar Nurhalida bisa berangkat ke Malaysia melalui jalur resmi dan tercatat sebagai TKI legal.

Setelah sekitar delapan bulan bekerja sebagai asisten rumah tangga, ia berhasil mengumpulkan ribuan ringgit Malaysia.

Anak ketiga dari enam bersaudara itu pun memberanikan diri menghadap majikan, dan mengutarakan keinginannya untuk pulang ke Tanah Air. Ia pun diizinkan.

"Majikan saya baik, tidak ada masalah," tutur perempuan muda itu.

Aida pun dipulangkan majikan kepada agen yang menjadi perantaranya. Agen pun meluluskan keinginan Aida untuk pulang.

Tapi, agen bukannya mengantar perempuan itu pulang melalui jalur resmi. Aida malah diberikan petunjuk untuk pulang melalui jalur gelap (ilegal), melalui hutan dan menumpang kapal kecil untuk sampai di Batam.

Agen pun tidak membayarkan biaya kepulangannya. Aida harus merelakan tabungannya untuk pulang.

Ia diantar melalui hutan untuk sampai ke pelabuhan yang kelam di Malaysia. Bersama lebih dari 100 TKI lainnya, Aida kemudian mengarungi lautan di tengah gelombang yang tinggi.

"Di sana saya berkenalan dengan tiga orang, semuanya perempuan," Aida bercerita.

Tiga teman barunya itu duduk bersebelahan di kapal tanpa tempat duduk. Semuanya lesehan di kapal fiber yang melaju menembus waktu di tengah malam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com