Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abang Hilang, Cuma Ada Dompet dan Ponsel...

Kompas.com - 03/11/2016, 20:44 WIB

KOMPAS.com - Zuraida (32) tak lagi merasakan kantuk dan lelah meski telah berlayar berjam-jam. Ia hanya berpikir bisa segera selamat dengan cara berenang menjelang matahari terbit dalam kondisi ombak tinggi. Sesekali ia menjumpai puluhan pasang kaki orang-orang yang meninggal.

Perempuan asal Sumatera Utara itu sempat menaruh harapan saat melihat ada feri melintas. Namun ternyata, feri itu hanya melintas di tengah puluhan orang yang berusaha menyelamatkan diri.

Perahu yang dinaiki 98 penumpang, termasuk 5 anak balita, dan 3 awak kapal itu karam 7,4 kilometer sebelum mencapai pesisir timur Batam, Kepulauan Riau, setelah berlayar selama 3,5 jam. Kapal itu berangkat pada pukul 03.00 waktu Malaysia atau pukul 02.00 WIB dan kapal karam sekitar pukul 05.30 WIB.

Zuraida dan 38 orang lain akhirnya ditolong warga dan petugas lintas instansi. Mereka dibawa ke Tanjung Bemban. Pantai di pesisir timur Batam itu tujuan akhir perahu. Perahu itu bertolak dari kawasan Sungai Rengit di Johor Bahru, Malaysia, pada Rabu dini hari.

Dengan perahu itu, Zuraida ingin kembali ke kampung halamannya setelah lebih dari tiga tahun bekerja di Malaysia. Namun, ia tidak bisa kembali melalui jalur resmi dengan menumpang kapal yang layak dari pelabuhan legal di Johor. Tidak ada pelabuhan penumpang resmi yang melayani rute Johor-Batam di Sungai Rengit.

Zuraida memilih jalur ilegal karena statusnya sebagai pekerja migran ilegal di Malaysia. Bertahun-tahun lalu ia masuk ke Malaysia secara sah. Namun, ia tidak punya dokumen apa pun untuk terus bekerja selama bertahun-tahun di Malaysia.

Saat akan pulang kampung, ia memilih jalan ilegal dengan perahu yang sesak. Dalam perahu yang dinaikinya, sebagian penumpang pria terpaksa berdiri.

Selain tidak ada bangku, tidak tersedia cukup ruang yang memungkinkan semua orang duduk. Setiap orang yang duduk harus bersedia menempelkan punggungnya di lutut orang di belakangnya.

Tidak ada ruang untuk bergerak, bahkan sekadar bergeser sekalipun, dalam perahu yang sedianya harus berlayar selama 5 jam dari Sungai Rengit menuju pesisir timur Batam.

Dalam perahu itu, Zuraida duduk di bagian tengah perahu. Ia tengah terkantuk-kantuk, badan lelah dan pegal setelah berlayar sejak pukul 03.00. Sebelum berlayar, mereka naik mobil selama lebih dari 2 jam.

”Duduknya berdesakan juga.”

Ongkos

Semua perjalanan itu dimulai dengan berkumpul di tempat penampungan. Zuraida menanti dua hari dan akhirnya berangkat ke tempat naik perahu. Untuk masuk tempat penampungan, Zuraida membayar 1.300 ringgit atau Rp 4 juta dengan kurs Rp 3.120 untuk setiap ringgit Malaysia. Penumpang lain juga membayar sejumlah itu.

Selasa (1/11/2016) malam, Zuraida dan puluhan orang lain meninggalkan penampungan. Mereka tidak tahu dibawa ke mana. Mereka hanya tahu naik mobil selama berjam-jam, lalu berhenti di semak-semak gelap. Saling tanya di antara anggota rombongan menyebut lokasi pemberhentian ada di Sungai Rengit, kawasan di pesisir selatan Johor.

Di semak-semak itu, mereka kembali dimintai uang oleh sejumlah pria yang mengantar dari tempat penampungan ke semak-semak. Setiap orang harus membayar 50 ringgit (Rp 156.000) jika ingin naik perahu. Pembayaran itu bukan yang terakhir. Setelah berlayar beberapa jam, awak perahu meminta setiap orang memberi 150 ringgit (Rp 468.000).

”Katanya untuk uang keamanan. Tidak tahu apa maksudnya,” ujar Khalik Kurrahman (25), salah satu dari 39 penumpang perahu yang selamat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com