Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doa Terakhir untuk Ade yang Tewas Saat Hendak Menolong di Tengah Banjir

Kompas.com - 25/10/2016, 15:01 WIB

KOMPAS.com - Lantunan ayat suci Al Quran terdengar lirih dari bibir Erna Fitriana Wulandari (25). Ia tengah mengantar arwah suaminya, Ade Sudrajat (29), menuju Ilahi.

"Sedihnya sulit dikatakan. Namun, saya bangga dengannya. Almarhum meninggal dengan niat baik ketika hendak menolong orang lain," katanya ketika ditemui di rumahnya di kawasan Hegarmanah, Kota Bandung, Jawa Barat.

Ade menjadi korban tewas saat hujan deras menghajar Bandung, Senin (24/10). Dia jatuh ke dalam gorong-gorong di Jalan Setiabudi setelah berhasil menyelamatkan temannya.

Erna mengatakan, suaminya tak sungkan menyingsingkan lengan bagi orang di sekitarnya, mulai dari mengantar rekannya pulang dengan sepeda motor hingga menggantikan tugas teman yang berhalangan kerja.

"Dia selalu berkata, mereka yang butuh bantuan harus ditolong tanpa pamrih," ujar Erna, mengulang ucapan Ade yang menikahinya tiga tahun lalu.

Sejak 10 tahun terakhir, Ade bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di Jalan Setiabudi. Tak pernah terlambat absen kerja, kemarin sekitar pukul 12.00, Ade nekat memacu sepeda motor menerjang hujan. Tempat kerja Ade cukup ditempuh 15 menit dari rumahnya.

"Setiap kerja, motornya selalu dititipkan di belakang SMP 15. Letaknya di seberang tempat kerjanya. Dari salah seorang rekannya, saya diberi tahu, almarhum tiba di parkiran saat banjir sudah menggenangi Jalan Setiabudi," katanya.

Dede (33), warga Hergamanah, mengatakan, pada pukul 12.30-13.30, Jalan Setiabudi berubah menjadi sungai berarus deras. Gorong-gorong sedalam 1 meter tak mampu menampung air hujan. Banyak sepeda motor yang diparkir di pinggir jalan hanyut dibawa air.

Saat sedang membantu mengangkat sepeda motor yang hanyut itulah, Dede melihat seorang perempuan menangis. Perempuan yang berdiri di badan gorong-gorong itu berteriak histeris saat didekati Dede.

"Ade hanyut, Ade hanyut," ujar Dede mengulang teriakan perempuan yang belakangan diketahui bernama Nia, rekan kerja Ade. Nia sempat terseret air deras gorong-gorong dan diselamatkan Ade.

Dede yakin, Ade terpeleset ke dalam gorong-gorong yang sebagian dindingnya jebol dihantam banjir sebelumnya. Bersama beberapa temannya, Dede segera menjebol bagian gorong-gorong yang tertutup. Jaraknya sekitar 5 meter dari tempat Ade hilang. Saat tutup gorong-gorong dibuka, terlihat tubuh Ade tersangkut sampah. "Tubuhnya sudah tidak bernyawa," katanya.

(Baca juga: Ade Tewas Terseret Banjir di Bandung Saat Hendak Tolong Seorang Perempuan)

Kematian Ade jelas tamparan keras bagi Kota Bandung. Kerap disebut sebagai contoh kota cerdas di Indonesia, Bandung kalang kabut menghadapi hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 77,5 milimeter selama dua jam. Beragam masalah, mulai dari degradasi kawasan, pengelolaan sampah yang buruk, hingga kerusakan infrastruktur, ikut memicunya.

Ketika tangisan terus terdengar saat jenazah Ade didoakan di rumah duka, aktivitas di atas gorong-gorong maut itu berjalan seperti biasa. Lubang tempat Ade diangkat hanya ditutup kursi plastik. Di atas gorong-gorong itu, penjual sop kaki kambing tetap berjualan.

Erna berusaha tetap tegar saat rekan-rekannya datang memberi simpati. Namun, air matanya sulit dibendung saat ditanya di mana anak tunggalnya, Ehan Fahmi (2,5). "Lagi diajak main. Dia tahunya ayah sedang bekerja. Saya takut Ehan bingung karena dia sangat dekat dengan ayahnya," katanya.

Salah satu bentuk kedekatan mereka terpampang dalam beberapa lembar kertas di dinding rumah. Ditempelkan dengan selotip, kertas itu ada tepat di atas jenazah Ade disemayamkan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com