Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Anak Balita Meninggal dan 54 Orang Diungsikan akibat Banjir di Kepulauan Sangihe

Kompas.com - 26/09/2016, 16:05 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, bencana banjir dan longsor kembali terjadi pada Sabtu (24/9/2016) pukul 16.00 Wita di Kampung Bahoi, Desa Bahoi, Kecamatan Manganitu, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banjir tersebut mengakibatkan 15 kepala keluarga yang terdiri dari 54 jiwa dievakuasi.

Sementara itu, seorang balita berusia dua bulan meninggal dunia terseret arus banjir. Korban meninggal akibat kepanikan orangtua korban yang tidak sempat menyelamatkan bayi mereka.

"BPBD Kepulauan Sangihe telah melaporkan kejadian bencana kepada Posko BNPB pada Senin (26/9/2016) pagi. BPBD Kepulauan Sangihe telah mengevakuasi 15 KK ke tempat yang aman," ujar Sutopo melalui keterangan tertulis, Senin (26/9/2016).

Selain korban jiwa, banjir juga menyebabkan kerugian material mencakup lima rumah rusak berat dan satu rusak ringan.

Hingga saat ini, BPBD setempat masih melakukan pendataan di lapangan. BPBD Kepulauan Sangihe terus melakukan koordinasi dengan TNI, Polri, dan tim SAR untuk upaya tanggap darurat.

Pos lapangan telah dibentuk untuk penanganan tanggap darurat. Selain itu, BPBD setempat bersama masyarakat dan Dinas Pekerjaan Umum melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing-puing material longsor dan lumpur akibat pascabanjir.

"BPBD setempat menghadapi tantangan dalam pendistribusian bantuan logistik karena akses jalan yang tertutup material longsor," kata Sutopo.

Sutopo mengungkapkan, banjir dan longsor di Kampung Bahoi dipicu oleh hujan dengan intesitas yang tinggi dan kondisi desa yang berada di kawasan perbukitan.

BNPB terus mengimbau masyarakat untuk siaga dan waspada terhadap potensi banjir dan longsor bagi mereka yang berada di kawasan perbukitan maupun yang berada di sekitar bantaran sungai.

Banjir dan longsor biasanya dipicu oleh curah hujan tinggi dan durasi lama, apalagi curah hujan periode saat ini lebih tinggi intensitasnya akibat pengaruh La Nina dan anomali cuaca.

"Masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor diimbau waspada. Cermati dan periksa kondisi lingkungan sekitarnya. Jika ada tanda-tanda bahaya, atau hujan lebat agar mengungsi ke tempat aman untuk sementara," ucap Sutopo.

Kompas TV Pencarian Korban Banjir Bandang di Garut Diperluas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com