Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kokurikuler Baik Dilakukan asalkan Tak Membebani Siswa dan Orangtua

Kompas.com - 12/08/2016, 07:28 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Sekjen Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA Indonesia) Samsul Ridwan mengatakan bahwa program kokurikuler seharusnya tidak menjadi beban bagi siswa maupun orangtuanya.

Samsul mengatakan, alasan munculnya program kokurikuler yang memungkinkan siswa berada di sekolah dari pagi hingga sore atau full day school (FDS) itu bisa dipahami.

Pada kenyataannya, saat ini banyak anak-anak yang diikutkan berbagai macam kursus atau les tambahan seusai jam sekolah karena orangtuanya sibuk.

"Inisiatif orangtua untuk mengursuskan anak, terlepas dari positif-negatifnya, hanya bisa dilakukan oleh keluarga yang mampu. Sebaliknya, bagi keluarga tidak mampu, les atau kursus untuk anak merupakan barang mahal," kata Samsul di Ungaran, Jawa Tengah, Kamis (11/8/2016) siang.

Ia mengimbau semua pihak menelaah gagasan Mendikbud ini sebagai itikad baik demi penguatan karakter siswa. Menurut dia, sudah seharusnya pembangunan karakter anak-anak Indonesia sebagai agenda tanpa henti perbaikan kehidupan bangsa.

"Untuk itu, selagi full-day school baru sebatas wacana yang masih dalam taraf kajian, kami memberikan sejumlah masukan," ujarnya.

Ia mengatakan, muatan kokurikuler bukan pada penguatan akademis. Program ini sepatutnya tidak memberikan beban kognitif tambahan yang akan membuat siswa semakin lelah, baik secara fisik maupun psikis.

Program itu juga tidak memunculkan beban pembiayaan ekstra bagi siswa.

"Artinya, jika pemerintah menjadikan FDS sebagai program wajib, maka harus dipastikan kesiapan anggarannya," kata Samsul.

Program ini juga harus difungsikan sebagai wadah ekstra bagi terpenuhinya hak-hak anak secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya penyediaan menu sehat, pemeriksaan kesehatan dan kelengkapan imunisasi, peningkatan iman dan takwa, serta penyelenggaraan hiburan ramah anak.

"Untuk merealisasikannya, Kemendikbud perlu melibatkan kementerian dan lembaga terkait dalam proses penyusunan kurikulumnya. LPA Indonesia siap cancut tali wondo (mendukung dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki," kata dia.

Selain itu, gagasan itu harus memberikan ruang keterlibatan seluas mungkin bagi masyarakat, terutama untuk memastikan masuknya nilai kearifan lokal dalam materi pendidikannya.

Demikian pula terkait pemantauan dan evaluasi, forum-forum masyarakat pendidikan berbasis sekolah-orangtua-masyarakat perlu digiatkan.

Samsul juga menekankan agar siswa dalam program itu tidak dibebani pekerjaan rumah. Program itu justru perlu memberikan penugasan kepada orangtua siswa untuk tetap mengoptimalkan peran pengasuhan pada setiap kesempatan.

"Sesempit apa pun mereka berinteraksi dengan anak-anak. Ini sekaligus merupakan jawaban atas kerisauan sebagian kalangan akan ternihilkannya peran orangtua akibat FDS," kata Samsul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com