Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ceramah Bareng Kiai dan Romo: Cinta Mengubah Kebiadaban Menjadi Peradaban

Kompas.com - 10/03/2016, 09:20 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Ada hal menarik dalam pertemuan ratusan perempuan lintas agama yang digelar di halaman Gereja Kristus Raja, Jalan Diponegoro No 101, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (9/3/2016) siang.

Dua tokoh Islam dan kristiani yang sama-sama bernama budi, yakni Romo Aloys Budi Purnomo dan KH Budi Hardjono, duet mengisi ceramah di hadapan perempuan lintas agama.

Kiai Budi yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al Islah, Tembalang, Kota Semarang, membawakan tusyiah dengan tema cinta universal tanpa mengenal sekat agama dan golongan.

"Sebuah upaya, walau ini disebut minimalis, OK. Tapi bagi saya seperti menanam benih ke dalam tanah, tumbuh nanti kebaikan seiring berjalannya waktu. Karena cinta bisa mengubah kebiadaban menjadi sebuah peradaban," kata Kiai Budi dalam ceramahnya.

Kiai Budi Hardjono dibawakan dengan bahasa yang ringan diselipi humor, membuat ratusan perempuan Islam berkerudung dan Katolik yang mendengarnya betah dan tak beranjak dari tempat duduknya.

Apalagi, di tengah ceramah, Kiai Budi juga menyanyikan beberapa lagu religi dan langgam jawa diiringi saksofon yang dimainkan oleh Romo Budi yang merupakan adalah pengampu Gereja Kristus Raja.

Sebut saja tembang "Tombo Ati" karangan Sunan Bonang maupaun Langgam Jawa "Caping Gunung" dalam balutan lengkingan saksofon menjadi terasa lebih "swing".

Gaya interaktif antara dua Budi ini kadang menimbulkan kejadian tak terduga nan lucu. Seperti adegan saat saat Kiai Budi menceritakan filosofi dari tarian sufi, Romo Budi mengambil "Udeng" atau penutup kepala milik Kiai Budi yang kebetulan sempat dilepas.

Beberapa menit kemudian, Romo Budi melepasnya karena kepalanya menjadi berat.

"Lama-lama kepala saya berat. Saya lepas ya?," kata Romo Budi.

Tak Hanya Kiai Budi, dalam rangkaian bertausiyah tersebut, Romo Budi juga mendapat giliran menyanyikan lagu "Amazing Grace". Uniknya, saat lagu itu dinyanyikan, sejumlah santri Ponpes Al Islah kembali membawakan tarian sufi dengan khidmat.

Menurut Romo Budi, melalui kegiatan ini diharapkan perbedaan bukan lagi menjadi penghalang. Namun justru makin menperkaya hubungan antar-umat beragama, terutama dalam rangka meredam berbagai konflik di tengah masyarakat.

"Ini suatu langkah awal untuk mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia dan bagi dunia, yang bermartabat, sejahtera dan beriman. Apapun agamanya," kata Romo Budi.

Baca juga:
Perdamaian dan Toleransi, Inti Deklarasi Perempuan Muslim dan Katolik Berkerudung
Ratusan Perempuan Islam dan Katolik Berkerudung Bertemu di Ungaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com