Ketiga hal tersebut harus diterapkan oleh birokrasi apalagi Banyuwangi sudah mendapatkan penghargaan UNWTO beberapa waktu yang lalu.
"Penghargaan tersebut merupakan bukti bahwa Banyuwangi telah masuk dalam persaingan global," sebut Anas kepada Kompas.com, di Banyuwangi Kamis (24/2/2016).
Kebiasaan birokrasi yang stagnan dan tidak suka dengan inovasi dan improvisasi, menurut dia, harus segera dihilangkan.
“Birokrasi tidak boleh lagi stagnan. Program tahun kemarin, kembali dilakukan di tahun berikutnya, tanpa adanya inovasi, itu harus dihapuskan,” katanya.
Sementara itu untuk jurus yang kedua yaitu terobosan ia mencontohkan berhasil melakukan renegoisasi dengan investor tambang Tumpang Pitu. Dalam renegoisasi tersebut, Banyuwangi berhasil mendapatkan golden share berupa saham 10 persen.
“Kami berhasil mendapatkan golden share dari tambang Tumpang Pitu berupa saham 10 persen tanpa delusi. Ini merupakan satu terobosan dan merupakan yang pertama di Indonesia,” jelasnya.
Adapun untuk networking, Bupati Anas menjelaskan jika prestasi yang dihasilkan Banyuwangi dengan segala capaiannya merupakan salah satu wujud dari manfaat networking tersebut.
“Jadi saya minta maaf jika sering keluar kota karena ini menjadi salah satu bagian kami untuk membuka networking," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.