Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaki Terjebak Lumpur di Dasar Kolam, Bocah Ini Tewas Tenggelam

Kompas.com - 05/02/2016, 22:06 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Belasan bocah yang mandi di sebuah kolam penampungan air hujan, di Dusun Tentenan, Desa Tentenan Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, terlihat kebingungan ketika Moh Taufikurrahman (14), tak kunjung muncul ke permukaan air.

Taufik tenggelam dan kakinya terjebak lumpur di dasar kolam dan tak bisa muncul ke permukaan.

Salah seorang bocah mencoba mengangkat Taufik dari dasar kolam. Namun usahanya sia-sia. Akhirnya beberapa temannya meminta tolong kepada warga yang bekerja di sekitar kolam.

Hasyim, seorang warga yang dimintai tolong awalnya ragu dengan permintaan bocah-bocah itu.

Namun melihat ketegangan di wajah mereka, Hasyim langsung melompat ke dalam kolam sesuai lokasi tenggelamnya korban.

"Setelah saya melompat ke kolam, korban memang ada di dalam dan saya angkat. Kakinya tersangkut lumpur," kata Hasyim, Jumat (5/2/2016).

Saat diangkat, kondisi korban sudah lemas. Hasyim mencoba memompa perut korban agar bisa bernafas. Namun korban sudah tidak bereaksi.

"Saya tanyakan ke teman-teman korban, yang tenggelam sudah hampir satu jam," imbuh Hasyim.

Korban diketahui anak ketiga dari pasangan suami isteri Musikan dan Mistani, warga Dusun Baji', Desa Tentenan Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan.

Korban tercatat sebagai siswa kelas VIII SMP Qurrotul Uyun, Desa Trasak Kecamatan Larangan, Pamekasan.

Korban kemudian diantarkan ke rumahnya oleh anggota Polsek Larangan. Korban disambut isak tangis keluarga.

Kolam pemandian itu, menurut Syamlan, Kepala Dusun Tentenan, sering didatangi anak-anak untuk mandi.

Meskipun sudah dipagari kawat, namun pagarnya dirusak. Bahkan meskipun sudah dilarang, namun diam-diam anak-anak tetap mandi di tempat itu.

"Sudah dilarang karena berbahaya. Kami para tetangga di sini sudah berkali-kali mengusir mereka, tapi datang lagi dengan orang dan asal daerah yang berbeda," ungkap Syamlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com