Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2016, 15:43 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Festival masakan babi yang sedang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah, mengundang perhatian publik di kota itu. Ada yang tidak setuju dengan acara itu meributkan dan meminta agar kegiatan tersebut dibatalkan.

“Jadi, polemik saat ini karena ada ketidakpahaman atau kesengajaan kelompok masyarakat yang tidak mengonsumsi daging babi,” kata budayawan Kota Semarang, Tubagus P Svarajati, Jumat (5/2/2016).

Menurut dia, makanan babi telah ada sejak sejak lama. Masyarakat di Indonesia (Nusantara) juga telah lama melakukan budidaya babi.

Masyarakat yang mengelola, ujar Tubagus, telah ada di dalam masyarakat Bali, Batak, Nusa Tenggara Timur, Papua, hingga Manado.

Olahan masakan babi di masyarakat Nusantara juga tidak pernah ditolak. Terlebih di kawasan budidaya babi, olahan menu masakan babi menjadi menu masakan utama.

“Di kalangan masyarakat Tionghoa di Nusantara, masakan babi pastilah berasal dari budaya kuliner di Tiongkok daratan yang dibawa oleh nenek moyang mereka ke Nusantara,” kata Tubagus.

“Jadi, secara kultural, masyarakat Nusantara sudah mengenal masakan babi,” kata dia lagi.

Dia pun berharap agar masyarakat bisa lebih dewasa untuk menghindari sikap intoleransi.

Menurut dia, gelaran festival adalah hak masyarakat untuk mengadakan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kultur hidup yang melingkupinya.

“Berkegiatan asal tidak merugikan kelompok masyarakat lain. Dalam posisi seperti ini, maka penyelenggara festival itu bisa dibenarkan,” kata dia.

Panitia festival makanan pun membuat pengumuman yang melarang bagi umat Muslim untuk masuk dan mencicipi aneka hidangan babi.

“Yang diperlukan ialah sikap bertenggang rasa dari masyarakat mayoritas terhadap kultur masyarakat minoritas, itu jika kita ingin menegakkan NKRI yang berbineka itu,” imbuh dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com