Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Suami Istri Tekun Menyekop Pasir agar Anak Tak Putus Sekolah

Kompas.com - 14/01/2016, 18:00 WIB
Kontributor Baubau, Defriatno Neke

Penulis

BUTON SELATAN, KOMPAS.com - Panas terik sinar matahari hingga menyengat kulit, tak mematahkan semangat lelaki paruh baya untuk terus bekerja menyekop pasir.

Butiran keringat yang keluar dari tubuhnya tak dihiraukannya. Selesai menyekop, dengan menggunakan bahasa daerah, dia mengeluhkan rasa kecapekan pada dirinya.

"Capek juga, tapi mau bagaimana lagi," ungkapnya.

Lelaki tersebut bernama La Beke (43), warga Kelurahan Masiri, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan. Dia sudah sekitar 12 tahun menjadi buruh penambang pasir.

"Memang berat pekerjaan ini, tapi mau bagaimana lagi. Daripada tidak ada pekerjaan, lebih baik begini, yang penting halal," kata La Beke, Kamis (14/1/2016).

Dia beserta istrinya ikut menambang pasir di Pantai Kelurahan Masiri. Perhitungan mengambil pasir, berdasarkan satu kali muatan mobil truk. Satu mobil truk pasir dijual seharga Rp 600.000.

"Nanti tiga atau empat hari baru cukup satu mobil truk. Seminggu ambil pasir sudah cukup diangkut dua kali mobil truk. Uangnya Rp 600.000, nanti baku bagi dengan pemilik lahan. Kami hanya Rp 270.000, sisanya pemilik lahan tempat menampung pasir," ujarnya.

Walaupun sangat kekurangan, namun pria yang sudah mempunyai empat orang anak ini, mengaku pasrah. Karena uang hasil tambang untuk biaya dua orang anaknya yang masih sekolah.

"Kalau saya tidak bekerja, anak saya bisa putus sekolah. Jadi cukup tidak cukup, tetap bekerja," ucap La Beke.

Di tempat yang sama, seorang wanita, Sumarni (39), warga Kelurahan Masiri, dengan kuatnya menyekop pasir dan mengangkutnya ke dalam gerobak kecil. Kemudian gerobak kecil dengan satu ban ini didorong dengan kedua tangannya menuju tempat penampungan pasir miliknya.

"Saya sudah 5 tahun bekerja begini. Kita perhitungan harga pasir sama semua Rp 600 ribu. Tapi kita bagi sama pemilik lahan ini, Rp 270.000 buat saya, dan sisanya buat pemilik lahan," tuturnya.

Dia mengatakan, uang hasil dari penambangan tersebut buat makan sehari-hari dan juga untuk membiayai anaknya yang masih di sekolah dasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com