Pria paruh baya ini mengaku sudah kehilangan komunikasi semenjak Adi pergi meninggalkan rumah pada Oktober 2015.
Tidak ada yang tahu keberadaan mantan mahasiswa Akademi Komunikasi Indonesia (Akindo) Yogyakarta itu hingga kini. Pihak keluarga menduga bahwa Adi telah bergabung dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang belakangan disebut sebagai kelompok radikal.
"Kami tidak tahu Adi di mana sekarang. Kami sudah tidak bisa menghubunginya," kata Subari saat berbincang di kediamannya, Rabu (13/1/2016).
Subari menceritakan, pertengahan Oktober 2015, Adi memang berpamitan pergi ke Jakarta karena telah diterima kerja di sebuah biro iklan.
Sebelumnya, Adi mengaku bahwa dirinya telah melamar pekerjaan melalui job fair yang diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta.
Subari merasakan kejanggalan saat Adi hendak pergi ke Jakarta. Saat itu, anak sulung dari empat bersaudara itu tidak mau diantar dengan alasan berangkat bersama temannya. Adi juga tidak pernah menjawab dengan pasti pertanyaannya perihal pekerjaan yang akan dilakoninya di Jakarta.
"Saya sering tanya, apa nama perusahaannya, alamatnya, kemudian di Jakarta dia akan tinggal di mana, tetapi tidak pernah dijawab dengan pasti, malah berbelit-belit," ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu.
Saat Adi sudah berangkat, sesekali keluarga masih bisa menghubungi Adi melalui sambungan telepon. Namun, Adi masih bungkam jika ditanya pekerjaannya.
Saat itu, Adi hanya mengatakan tidak bisa pulang sampai masa training kerja selesai pada November 2015. Sampai pertengahan November, Adi tak kunjung memberikan kabar untuk pulang. Dia bahkan mengatakan kalau masa training diundur sampai Desember 2015.
Sejak itu, pihak keluarga sudah tidak bisa menghubunginya lagi. Nomor ponsel sudah tidak aktif. Dugaan Adi bergabung dengan Gafatar semakin menguat setelah pemberitaan kelompok itu di media massa terus marak belakangan ini.
Terlebih lagi, Subari teringat saat anaknya duduk di bangku kuliah pada 2013 lalu, Adi sudah menyatakan bergabung dengan organisasi berlambang matahari bersinar itu.
"Dulu setiap pulang Adi kerap membawa buletin Gafatar. Dia juga cerita dengan kami kalau bergabung dengan Gafatar," ucap dia.
Subari juga sempat membaca buletin yang berisi artikel tentang kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan Gafatar di seluruh Indonesia.
Subari sendiri belum melaporkan kejadian ini ke kepolisian setempat. Dia baru melaporkan dan berkonsultasi dengan beberapa tokoh pengurus Muhammadiyah di Mertoyudan Kabupaten Magelang.
Pihak keluarga hanya bisa pasrah dan berharap Adi segera pulang ke rumah untuk berkumpul lagi dengan keluarga.