Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabupaten Boleamo, Korban Masifnya Perkebunan Jagung di Gorontalo

Kompas.com - 21/11/2015, 16:28 WIB
Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com - Pertanian jagung yang selama ini menjadi unggulan Provinsi Gorontalo ternyata memiliki dampak negatif yaitu merusak lahan di Kabupaten Boalemo.

Perbukitan dengan kemiringan tinggi di kabupaten ini banyak yang longsor dan tergerus air.
Yang tersisa dari perkebunan jagung adalah bukit-bukit gundul dan gersang yang dikhawatirkan longsor saat musim hujan tiba.

Kondisi bentang alam yang rusak ini bisa disaksikan di sepanjang jalan Trans Sulawesi di wilayah Kabupaten Boalemo. Di sini terlihat banyak hamparan tanah dan bukit-bukit yang kering kerontang.

Selama bertahun-tahun Pemprov Gorontalo mengarahkan petani untuk menanam jagung sebagai komoditas pertanian utama.

Pemerintah bahkan membagikan bibit jagung gratis kepada para petani untuk ditanam di ladang masyarakat.

Lahan-lahan yang ditumbuhi kayu dan perdu liar dibersihkan dan diganti dengan jagung, termasuk di tanah dan lahan dengan tingkat kemiringan yang tinggi.

“Banyak bukit gundul di Kabupaten Boalemo ini akibat kebijakan monokultur jagung. Saat ini kami berupaya untuk mengganti jagung dengan komoditas tahunan seperti kakao, cengkeh dan pala”kata Rum Pagau, Bupati Boalemo, Sabtu (21/11/2015).

Mengubah kebiasaan masyarakat dari menanam jagung ke tanaman tahunan diakui Rum Pagau tidak mudah.

Diperlukan kesabaran dan penyuluhan yang intensif untuk meyakinkan petani tradisional bahwa komoditas pengganti ini lebih produktif dan menyejahterakan mereka.

“Jagung dalam bahasa kami berarti milu, tanaman jagung justru telah memilukan nasib para petani” jelas Rum Pagau.

Jika pola pertanian masyarakat tidak diubah mulai saat ini diperkirakan dalam jangka panjang kerusakan alam di Gorontalo akan semakin parah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com