Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Baku Naik, Pengusaha Batik Mulai Kurangi Karyawan

Kompas.com - 28/08/2015, 15:39 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Kenaikan bahan baku batik tulis, membuat sejumlah pengusaha batik di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, kesulitan mengembangkan usahanya. Kenaikan bahan-bahan baku seperti kain, malan, zat perwarna dan ongkos pekerja menjadi pemicunya.

Pengusaha batik pun harus memberhentikan perajinnya untuk mempertahankan usahanya. Mashuri, pengusaha batik tulis asal Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, mengatakan, pengusaha batik juga mengeluhkan melemahnya pemasaran.

Lemahnya pemasaran batik sudah berjalan dua tahun lebih. Namun, yang paling parah sudah berlangsung tujuh bulan. “Dulu perajin yang bekerja ke saya sebanyak 40 orang, sekarang sudah tinggal tujuh orang, karena saya tidak mampu membayar mereka lagi,” kata Mashuri, Jumat (28/8/2015).

Lemahnya pemasaran batik, menurut Mashuri, karena dipengaruhi kebijakan Pemerintah daerah setempat yang kurang getol memanfaatkan produk batik menjadi seragam yang wajib digunakan masyarakat Pamekasan.

Mashuri mengenang, ketika masa awal Kabupaten Pamekasan mencanangkan diri sebagai Kabupaten Batik, mulai dari anak-anak sekolah dasar hingga mahasiswa, pegawai kantor dan PNS serta jemaah haji, diwajibkan membeli dan memakai batik Pamekasan.

“Sekarang sudah tidak ada kebijakan itu, sehingga pasar lokal batik di Pamekasan melemah,” imbuh dia.

Kenaikan bahan baku, kata Mashuri, sebetulnya tidak berpengaruh besar seandainya pemasaran berjalan lancar. Sebab pengusaha masih bisa bertahan dengan keuntungan yang sedikit, namun lancar.

Pengusaha batik semakin bergairah untuk meminjam modal usaha ke koperasi dan perbankan. “Sekarang banyak pengusaha pusing untuk menutup biaya modal yang dipinjam ke koperasi dan bank,” ungkap dia.

Abdurrahman, pengusaha batik lainnya mengaku, penjualan batik di sentra batik tulis pasar 17 Agustus Pamekasan sangat merosot. “Sekarang promosi dari Pemerintah sangat minim. Bahkan pameran-pameran batik nyaris tidak pernah ada,” ungkap Abdurrahman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com