Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2015, 17:55 WIB

MEDAN, KOMPAS — Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara, Kamis (30/7), menyemburkan awan panas sebanyak 14 kali dengan ketinggian hingga 4.500 meter. Frekuensi itu termasuk terbanyak sejak Sinabung berstatus Awas pada Juni lalu. Bahkan, pada pukul 07.05 terjadi erupsi sejauh 700 meter.

Sebelumnya, frekuensi luncuran awan panas guguran hanya 4-5 kali per hari. Awan panas meluncur pada radius 2.000 meter-4.500 meter dengan tinggi kolom abu 500 meter-4.000 meter ke arah timur-tenggara dengan durasi 152 detik-1.849 detik. Angin mengarah ke timur laut-tenggara sehingga menyebabkan abu vulkanik menyiram wilayah Sigarang-garang hingga ke perbatasan Langkat, Sukanalu, dan Namanteran.

Luncuran awan panas guguran terbesar terjadi pada pukul 03.57 yang mengarah ke timur-tenggara. "Desa Bekerah sampai terbakar," kata Setia M Sembiring, warga Desa Gurukinayan, lereng Sinabung.

Setia memilih tetap tinggal di hunian sementara yang ia bangun di pinggir Desa Gurukinayan bersama sejumlah warga lain daripada di pengungsian. "Di sana tempatnya tidak cukup. Selain itu, di sini juga tetap bisa menjaga kampung dan dekat menengok ladang," ujarnya.

Pengamat Gunung Sinabung di Pos Pengamatan Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Karo, Deri Al Hidayat, mengatakan, frekuensi awan panas meningkat karena ada penumpukan kubah lava dengan volume lebih dari 2 juta meter kubik. "Sebagian sudah gugur hari ini, tetapi masih ada sisa," kata Deri.

Gunung Sinabung juga mengembang sebesar 20 mikroradian. Meskipun kecil, sistem aliran magma Sinabung kini tak ada sumbatan di lubang magma. Artinya, setiap ada desakan dari bawah akan berefek besar. "Meskipun hanya mengembang 20 mikroradian, volume kubah lavanya lebih dari 2 juta meter kubik," ucap Deri.

Hingga kemarin, jumlah pengungsi Sinabung mencapai 3.150 keluarga atau 11.110 jiwa yang tersebar di 10 posko. Para pengungsi dari 11 desa itu masih membutuhkan selimut. "Lantai semen kalau hanya beralas tikar dingin sekali," kata koordinator posko pengungsi Sempajaya, Bakteria Sembiring.

Dampak Gamalama

Angin kencang yang berembus dari barat daya pada malam hari menyebabkan asap bercampur abu yang keluar dari Gunung Gamalama terbawa ke sisi timur laut hingga timur. Titik tersebut merupakan pusat kota yang didiami sebagian besar dari setidaknya 230.000 penduduk Kota Ternate, Maluku Utara.

Kepala Pos Pemantau Gunung Gamalama Darno Lamane, Kamis, menyatakan, pada pukul 00.00-06.00 WIT, embusan asap putih tebal bercampur abu tipis keluar setinggi lebih kurang 300 meter. Terjadi hujan abu di tiga kelurahan di Kecamatan Ternate Utara, yakni Tafure, Sango, dan Tarau.

Prakirawan dari BMKG Stasiun Meteorologi Babullah, Ternate, Emi Purnasoliha, mengatakan, pada malam hari, tekanan rendah yang terjadi di utara garis khatulistiwa menyebabkan massa udara bergerak dari selatan dan barat daya. Angin itu bakal membawa debu ke utara, timur laut, dan timur. Siang hari, angin bertiup dari tenggara sehingga material vulkanik akan terbawa ke barat laut hingga utara. "Jika ada letusan pada malam hari, abu diperkirakan akan mencapai kota," ucapnya. (WSI/FRN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com