"Guru dan orangtua siswa menyatakan tidak sepakat (kebijakan sekolah lima hari)," kata Achsin, Jumat (31/7/2015).
Menurut Achsin, sejumlah alasan yang dilontarkan dari kalangan akademik adalah kekhawatiran akan kemampuan serta daya tangkap siswa apabila menerima pelajaran akan berkurang lantaran terlalu lama di sekolah.
"Belajar hingga pukul 13.30 saja siswa sudah jenuh, apalagi sampai pukul 15.30 kemudian ditambah lagi ekstrakurikuler. Belum lagi fasilitas pendukung seperti tempat ibadah dan kantin, banyak yang tidak seimbang dengan jumlah siswa," ujar ketua DPC PAN Kabupaten Semarang ini.
Sementara itu, orangtua siswa keberatan karena belum siapnya transportasi yang ada. Sebagai contoh, kata Achsin, siswa dari SMA 1 Ungaran belum tentu berasal dari Ungaran namun ada juga penglaju dari kecamatan lain, seperti Bandungan, Ambarawa, dan Pabelan.
Soal alasan gubernur yang mendasari terkait penerapan lima hari sekolah agar ada waktu berkumpul bersama keluarga bukanlah alasan yang tepat. Sebab tidak jarang ada orang tua yang bekerja di pabrik maupun perusahaan swasta lain sehingga ketika hari Sabtu belum tentu ada di rumah.
"Saya pun mendesak Gubernur untuk mengevaluasi kebijakan tadi. Ternyata setelah diterapkan, situasi dan kondisi di lapangan jauh berbeda," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.