Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tolonglah, Kalau Jumpa Mayat Jempol Kirinya Ganda, Itu Ivan Kami"

Kompas.com - 02/07/2015, 21:26 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Suasana RS Haji Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Kamis (2/7/2015), terasa memilukan. Tangis pecah di antara sanak keluarga korban tewas pesawat Hercules C-130 yang jatuh di wilayah permukiman, Selasa (30/7/2015).

Mereka menunggu pihak rumah sakit mengidentifikasi para korban. Waktu terasa berjalan lambat saat menanti kepastian identifikasi keluarga mereka.

Di salah satu sudut ruangan, Herawati tergolek tak sadarkan diri. Jarum infus tertancap di punggung tangannya. Ia tak kuasa menahan pedih. Anaknya, Ivan Ganda Tua Situmorang (13), dan suaminya, Marasi Situmorang (36), adalah korban pesawat Hercules.

Tiga tahun ia tidak bertemu dengan Ivan karena sang anak bersekolah jauh dari kampung halaman. Liburan ini, Ivan pulang untuk berkumpul bersama keluarga. Bersama ayahnya, Ivan lalu berangkat menuju Natuna.

Herawati bersama sejumlah kerabat menanti proses identifikasi jenazah Ivan yang tak kunjung selesai. Sementara itu, jenazah Marasi sudah selesai diidentifikasi.

"Tolonglah, kalau jumpa mayat yang jempol kirinya ganda, itu Ivan kami," kata Tetdi Pakpahan, kakak Herawati, di ruang posko ante mortem RS Haji Adam Malik, Medan, Kamis. Isak tangisnya tak kunjung berhenti.

Ia menuturkan, Ivan sudah seperti anaknya sendiri. Ivan lahir di rumah Tetdi di kawasan Martubung, Medan. Tetdi jua yang memberi nama keponakannya itu.

"Karena nama anakku Vani, kubuat namanya Ivan. Kukasih tambahan Ganda karena ganda jari jempol kirinya. Sedih kali aku. Dua minggu lalulah terakhir jumpa sama dia, ganteng kali kutengok dia," ucapnya. Air matanya menggenang.

Ivan baru saja menyelesaikan sekolah dasar di Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Ayahnya membawa Ivan naik Hercules ke Natuna untuk melanjutkan sekolah di sana.

"Senin depan sudah masuk dia, makanya buru-buru karena belum mendaftar. Kalau pesawat komersial jadwalnya dua kali seminggu. Ada kawan bapaknya nyuruh naik Hercules saja biar cepat," cerita Tetdi.

Dia dan keluarga tak percaya Marasi Situmorang mau naik Hercules. "Kami semua tak percaya mau naik ini orang. Bapaknya itu sudah sukses di sana, berduitnya dia. Tapi kenapalah mau dia naik pesawat ini," ucapnya dengan mimik sedih.

Rencananya, jenazah Ivan dan Marasi akan dibawa ke Tanah Jawa untuk dimakamkan secara adat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com